Gubernur DKI Jakarta Telat Antisipasi Lonjakan Covid-19

Thursday 24 Jun 2021, 9 : 37 pm
by
Anggota DPRD DKI Jakarta, FPDI Perjuangan, Gilbert Simanjuntak

JAKARTA-Anggota DPRD DKI Jakarta, Fraksi PDI Perjuangan Gilbert Simanjuntak mengatakan kondisi kenaikan kasus Covid-19 di Jakarta dan secara nasional saat ini tidak terlepas dari keramaian dan penularan karena tidak taat prokes.

Kondisi ini diperparah oleh sikap Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang terlambat melakukan antisipasi lonjakan Covid-19 ini.

Menueurnya, keramaian di Jakarta yang terjadi sebelum keadaan saat ini adalah kerumunan masyarakat belanja di Tanah Abang, Ancol dan Ragunan yang telat diantisipasi.

Padahal selalu ramai saat libur panjang.

Terlebih dengan penyekatan menghadapi lebaran yang lalu, masyarakat Jakarta berbondong-bondong mencari hiburan.

Sulitnya masyarakat menahan diri untuk tidak mudik, juga membuat kasus ini meninggi secara nasional, terutama di Jakarta saat arus balik mulai terjadi.

“Dengan demikian, Jakarta masih menjadi episentrum wabah ini, dan memerlukan pendekatan ekstra ketat,” ujar anggota FPDI Perjuangan DPRD DKI ini.

Saat ini jelasnya konsep penanganan wabah dari Pemerintah sudah bagus.

Hanya saja,  pelaksanaan yang masih harus diperkuat.

Beberapa lokus minoris masih harus diawasi ketat dan diberi prioritas untuk vaksinasi.

Titik lemah saat lalu dan kondisi sekarang adalah tempat kerumunan yang tidak menaati prokes seperti pasar, pemukiman padat, sarana transportasi publik, perkantoran dan rumah/keluarga.

“Tentu keluarga sulit untuk disuruh bermasker selama di rumah,” jelas Anggota Komisi B ini.

DKI Jakarta harus segera mencapai target vaksinasi seluruh penduduk yang belum terkena infeksi, karena vaksin yang ada dengan efikasi 57% mengharuskan vaksinasi populasi total/seluruh penduduk DKI untuk mendapatkan kekebalan komunitas sebesar 70%.

Kondisi saat ini yang perlu dibantu adalah sarana pelayanan kesehatan yang perlu ditambah tenaga baik tenaga kesehatan dan tenaga keamanan.

Tenaga kesehatan yang “bertempur” 18 bulan sejak Januari 2020 sudah kelelahan (exhausted) sehingga perlu tambahan tenaga.

Cadangan tenaga kesehatan perlu waktu bertahun-tahun untuk mendidiknya.

Melakukan rotasi tenaga dari tempat yang sedikit kasus atau membagi beban ke sarana kesehatan lain, akan mengurangi beban.

Disamping itu tekanan yang dialami tenaga kesehatan karena penumpukan pasien di ruang gawat darurat perlu diantisipasi dengan menambah tenaga keamanan di ruang tersebut.

“Melakukan pengawasan ketat di lokus minoris seperti disebutkan di atas akan mengurangi tambahan kasus baru, membuat kurva melandai dan akan berdampak ke berkurangnya beban tenaga kesehatan,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Bursa Saham, IHSG, Saham EMTK, Saham TBIG

IHSG Diprediksi Teruskan Proses Koreksi, BoW AKRA, APLN, BRPT dan ELSA

JAKARTA-Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini

Tinjau Ulang Rangkap Jabatan Komisaris BUMN

Oleh: Emrus Sihombing Setelah hasil wawancara dan release yang kami