Hamid Awaluddin: Hanya Kritik Mampu Menjaga Demokrasi Tetap Hidup

Wednesday 28 Feb 2024, 9 : 18 pm
Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Hamid Awaluddin,

JAKARTA-Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Hamid Awaluddin, mengatakan hanya kritik yang bisa menjaga demokrasi tetap hidup dan adil.

Tanpa disadari, kritik telah dibungkam selama 10 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), karena popularitas Jokowi yang bahkan seolah tanpa cela di mata publik.

Itu sebabnya, berbagai kritikan terhadap pemerintahan Jokowi, dianggap sebagai serangan, bahkan diframing seolah Jokowi dizalimi dan direndahkan.

Hamid mengugkapkan, ketidaksadaran masyarakat akan pentingnya kritik dalam menjaga demokrasi inilah yang membuat penguasa semakin leluasa melakukan berbagai ketidakadilan dan berlindung dibalik popularitas untuk membuat masyarakat bias terhadap persoalan yang sebenarnya.

Sebagai contoh, ketika Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, mengkritik Jokowi dan mengingatkan tentang posisinya sebagai kader partai, publik bereaksi dengan menyuarakan PDI Perjuangan tanpa Jokowi bukan apa-apa, bahkan ada gerakan untuk menggemboskan suara PDI Perjuangan di Pemilu 2024.

Padahal, lanjut Hamid, sebagai politisi yang banyak makan asam-garam politik, Megawati tentu memiliki radar dan intuisi yang sangat sensitif terhadap perkembangan politik, dan sudah melihat ada gelagat yang tidak beres dalam roda kekuasaan.

“Ibu Mega itu pendiam dalam politiknya, tidak mengkritik terang-terangan di publik dan diliput media, tapi mendadak ibu Mega mengguntur. Saya melihat hal itu karena beliau menyaksikan adanya kecenderungan kekuasaan saat ini menginjak-nginjak demokrasi dan konstitusi yang ia perjuangkan berpuluh-puluh tahun,” ujar Hamid Awaluddin.

Tak hanya itu, ketika para guru besar universitas ternama, seperti Universitas Indonesia (UI), dan Univeritas Gajah Mada (UGM) mengkritik pemerintahan Jokowi dan jalannya Pemilu yang tidak jujur dan adil sehingga membahayakan demokrasi, publik juga bereaksi dengan merendahkan para guru besar yang dianggap bak orkestrasi elektoral pesanan.

Menurut Hamid, kritik terhadap demokrasi yang terinjak seiring rentetan sirkus politik yang terjadi menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, seharusnya menjadi kritik publik, bukan hanya kritik seorang Megawati atau para guru besar.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Sistem Pembayaran Tol Berbasis Satelit Harus Dikaji Ulang

JAKARTA-Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kempupera) akan
Vaksin Masal

Dukung PON XX, IPDN Kemendagri dan TNI AL Gebyar Vaksinasi Massal di Papua

JAKARTA-Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) bersama TNI AL akan melaksanakan