HPN 2022, Kepercayaan Publik Indonesia ke Media Capai 73%

Tuesday 8 Feb 2022, 6 : 29 pm
by
kini Satgas tersebut dibekali Keputusan Presiden (Keppres) baru dan personel tambahan, yaitu Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (Menteri ATR/Kepala BPN) di jajaran Pengarah dan Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri di jajaran Pelaksana
Menko Polhukam Mahfud MD memberikan keterangan pers usai memimpin rapat Satgas BLBI, di Kantor Kemenko Polhukam, Kamis (07/10/2021)

JAKARTA-Tingkat kepercayaan publik terhadap media meningkat pada 2022. Jika 2021 mencapai 72 persen, saat ini naik menjadi 73 persen.

Demikian hasil survei terbaru Edelman Trust Barometer, yang diungkap Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD, Selasa (8/2/2022) pada Konvensi Media peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022.

“Kepercayaan terhadap media di negara kita naik, sementara sebagian besar negara yang disurvei justru mengalami penurunan,” ujar Menkopulhukam.

Namun begitu, dirinya juga mengingatkan semua pihak akan potensi penyebaran berita bohong atau hoaks.

Hal itu, karena berdasarkan hasil survei, juga menyatakan tingginya kecemasan publik di Indonesia akan hoaks, 83 persen. Indonesia hanya kalah dari Spanyol.

“Sebuah angka yang seakan memberikan pengakuan atas keprihatinan kita selama ini pada fenomena merebaknya hoaks, dalam beberapa tahun terakhir. Hoaks selama ini telah menjadi perhatian utama kita, baik pemerintah, masyarakat, dan para insan media untuk mengatasinya secara bersama-sama,” kata Mahfud.

Media Massa dikatakannya, sebagai entitas yang bekerja dengan proses yang berjenjang dari lapangan ke ruang redaksi, memiliki standard etik dan kualitas yang terjaga, mensyaratkan verifikasi sehingga akurasinya terpenuhi.

“Karena itu sudah seharusnya menjadi sumber utama publik dalam mendapatkan berita dan informasi terpercaya,” jelasnya.

Namun begitu, Mahfud mengingatkan berkembangnya media sosial yang kini juga dijadikan sumber informasi bagi masyarakat. Media itu menjadi wadah untuk berbagi, menjadi sarana yang memungkinan di antara warga berinteraksi secara positif.

“Tapi pada kenyataannya, telah menjadi ruang besar warga yang kerap mengabaikan etika publik, bahkan tak jarang menjadi wadah penyebaran secara luas hoaks, fake news, dan berbagai konten disinformasi,” katanya.

Maka itu, Mahfud berharap pers nasional bisa segera menemukan model bermedia yang berkelanjutan agar mampu bertahan dan bisa tetap menjadi pilihan utama masyarakat dalam mendapatkan informasi yang berkualitas.

“Model media berkelanjutan dimaksud adalah, yang mampu membangun kemandirian di tengah berbagai hantaman disrupsi, serta tantangan dan ancaman platform global dengan beragam bentuk penguasaan,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Allianz Life Syariah Catat Pertumbuhan 38%

JAKARTA-Bisnis asuransi Allianz Life Syariah sepanjang 2012 mencatatkan total Pendapatan

Senjata Itu Bernama Penistaan Agama

Oleh: Inas N Zubir Sejak pemilukada DKI Jakarta dimana Basuki