Indonesia Butuh Pemimpin Yang Memberi Keteladanan

Thursday 27 Mar 2014, 1 : 46 am
by

TANGERANG-Politisi Partai Nasdem, Hermawi Taslim  menegaskan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang  dapat memberikan keteladanan.  Caleg DPR-RI Dapil Banten  menunjuk banyak contoh keteladanan yang bisa diikuti seperti mantan Kapolri Hoegeng, pendiri Partai Katolik J. Kasimo, mantan Jaksa Agung Baharuddin Lopa ataupun mantan Presiden Soekarno sendiri.

Demikian diungkapkan Taslim dalam peluncuran buku “Melawan Korupsi Di Banten” karya Ananta Wahana, anggota DPRD Banten yang diselenggarakan oleh PBHMI di Islamic Village, Tangerang, Rabu (26/3).

Hadir sebagai pembicara lain adalah  Rahmad Pribadi, Master Public Administration (MPA) dari Harvard University Letjen TNI (Pur.) Suryo Prabowo (Mantan Kasum TNI), KH Maman Imanulhaq (Caleg DPR-RI Dapil Jabar dari Partai PKB), Zuhairi Misrawi (caleg DPR-RI Dapil Jatim dari Partai PDIP) dan Ade Irawan (Koordinator ICW). Diskusi dipandu oleh Wisnu Nugroho, wartawan Politik/Hukum Harian Kompas dan sekaligus penulis buku tetralogi “Pak Beye”.

Dikatakannya, tataran yang ada hanyalah wacana melawan korupsi tetapi dalam kenyataannya yang menyerukan lawan korupsi malah melakukan.  Indonesia harus meniru Presiden Soekarno, ketika akan pergi ke luar negeri untuk berobat, masih bertanya kepada Oei Tjoe Tat, salah satu menterinya, tentang sisa yang masih ada di saku celananya. Menurut deklarator kelompok Cipayung itu, apa yang dikatakan Presiden Soekarno merupakan spirit dari seorang pemimpin negara terhadap sikap hidupnya. “Oleh karena itu, menjadi seorang seperti Ananta Wahana, tidaklah mudah. Buku ini, mengkonfirmasi atas kejahatan politik dan keuangan di Banten yang kemudian dibongkar oleh KPK,” ujarnya. Oleh karena itu, Hermawi menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin nasional yang satu kata dan perbuatan. Ia berharap bahwa  pada taun 2014 ini, Indonesia dapat menemukan pemimpin seperti yang diharapkan.

Apa yang ditegaskan Hermawi Taslim digaris bawahi KH Maman Imanulhaq yang menceritakan pesan dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dalam pesannya kepada Kyai muda NU itu, Gus Dur mengatakan bahwa korupsi itu dapat dilihat dari dua sisi yakni bejatnya moral kaum elit dan keputusasaan kaum alit.  “Jika masyarakatnya korup, maka pemerintahannya korup juga. Oleh karena itu, jati diri bangsa itu perlu ditanamkan pada setiap warga negara Indonesia. Pesan Gus Dur kepada saya pada 7 Desember 2009 itu seperti ingin menegaskan bagaimana Indonesia membangun dirinya. Jika Indonesia adalah negara pluralis sebagai jati dirinya, ya kita semua harus menerima semua perbedaan yang ada di negeri ini,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan, Majalengka ini.

Koordinator ICW Ade Irawan berharap, bahwa hendaknya pemilu kali ini menjadi kesempatan bagi bangsa Indonesia memperbaiki diri. Perbaikan itu oleh dapat diartikan sebagai langkah penyelamatan bangsa dan negara dari kehancurannya. Hanya, Ade menegaskan, kecenderungan korupsi harusnya diwaspadai ketika suatu daerah dikuasai oleh suatu dinasti. Dinasti inilah yang sebenarnya menjadi sumber dimulainya korupsi di suatu daerah.

Meski bukan dalam arti yang sesungguhnya, buku “Melawan Korupsi Di Banten ini,” dianggap sebagai “Max Havelaar Jilid Dua” karena dapat digunakan sebagai momentum atas perubahan yang diharapkan terjadi untuk menuju Indonesia yang lebih baik.  Peluncuran buku ini diselenggarakan oleh PBHMI yang didukung didukung Banten Crisis Center (BCC), Front Max Havelaar (FMH), Serikat Guru Tangerang (SGT) dan Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Hentikan Bayar Bunga Obligasi BLBI

JAKARTA-Pemerintah diminta berani menghentikan pembayaran bunga obligasi Bantuan Likuiditas Bank

Perundingan IE-CEPA Harus Win-win Solution

BALI-Wakil Menteri Perdagangan (Kemendag), Bayu Krisnamurthi, dan Sekretaris Negara untuk