JAKARTA -Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu (27/2) diperkirakan kembali menguat karena ketatnya penjagaan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) yang terus masuk ke pasar valas untuk melakukan intervensi terhadap rupiah.
“Rupiah diperdagangkan di level 9.680-9.710 per dollar Amerika Serikat (AS),” ujar analis valas PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Selasa (26/2).
Sepanjangan bulan Februari ini, kata dia rupiah melemah, terutama disebabkan faktor eksternal. Pelemahan rupiah ini menyumbang inflasi selama Februari.
Namun, BI terus melakukan intervensi sehingga rupiah lebih menguat.
Langkah BI ini meredam volatilitas mata uang Indonesia.
Indikasinya terlihat dari menguatnya nilai tukar rupiah .
“Inflasi dari barang impor diharapkan lebih rendah di akhir bulan ini,” jelas dia.
Menurut dia, kondisi fundamental dalam negeri yang masih cukup positif juga menjadi salah satu katalis nilai tukar dalam negeri tertahan pelemahannya.
Selain itu, rupiah juga ditopang oleh sentimen positif terhadap langkah Dirjen Pengelolaan Utang Kemenkeu yang mengadakan lelang SBN dengan target 7 triliun rupiah.
“Hal itu diharapkan akan berdampak positif terhadap pergerakan nilai tukar rupiah,” jelas dia.
Dari sisi eksternal, lanjut dia sentimen positifnya masih belum banyak beredar.
Namun demikian, sentimen positif bagi rupiah datang dari kenaikan Euro yang dipicu hasil pemilu Cyprus yang dimenangkan oleh pimpinan partai konservatif Nikos Anastasyades.
Kemenangkan Nikos ini sesuai dengan espektasi pelaku pasar sehingga cukup melegakan pasar karena presiden terpilih ini pro-Eropa seiring kesediaannya melakukan program penghematan.
Kondisi itu, kata dia menumbuhkan optimisme bahwa Eropa dan Siprus bisa memulai membahas negosiasi untuk bailout.
Hanya saja, penguatan rupiah tipis.
Sebab, pasar cenderung konsolidasi terkait hasil pemilu parlemen di Italia.
“Sentimen dari rilis data Jerman di akhir pekan lalu turut berimbas positif kepada pergerakan rupiah,” pungkas dia.