Sementara itu, Director & Chief Investment Officer, Fixed Income MAMI Ezra Nazula, mengatakan, konsistensi kebijakan dovish BI di tengah meredanya inflasi akan terus menjaga daya tarik dan imbal hasil obligasi tetap stabil.
Selain itu, disiplin fiskal dan fundamental makroekonomi Indonesia yang solid diharapkan dapat mendukung peningkatan sovereign outlook dari lembaga pemeringkat besar lainnya, setelah R&I meningkatkanoutlook Indonesia dari stabil menjadi positif.
“Jadi, kami lihat kondisi pasar obligasi masih akan positif hingga akhir tahun ditopang oleh dinamika global dan domestik yang baik,” imbuhnya.
Terdapat beberapa katalis bagi pasar obligasi di tahun ini, antara lain yang utama adalah sudah tercapainya puncak kenaikan suku bunga acuan BI serta pengurangan target penerbitan surat berharga pemerintah di tengah defisit anggaran yang mengecil.
Selain itu, inflasi yang rendah serta permintaan domestik yang kuat menjadi faktor pendukung pasar obligasi.
Dari sisi global, arus masuk investasi asing ke Surat Berharga Negara (“SBN”) masih akan berlanjut di tengah masih cukup rendahnya kepemilikan asing, hanya sebesar 15,51% per akhir Q2 2023.
“Menurut proyeksi kami, imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun akan ada di kisaran 6,00% – 6,25% pada akhir tahun ini. Volatilitas pasar obligasi diperkirakan akan sangat mereda setelah Fed Funds Rate mencapai puncaknya, yang diperkirakan tercapai tidak lama lagi,” ujarnya.
Reksa dana pendapatan tetap dapat dimanfaatkan oleh investor dengan profil risiko konservatif dan moderat (risiko menengah), serta cocok untuk investasi dalam jangka pendek hingga menengah.
Bagi investor yang ingin menambah portofolionya di pasar obligasi, sebagai gambaran, dalam setahun terakhir (per akhir Juli 2023), reksa dana pendapatan tetap Manulife Obligasi Unggulan (MOU) Kelas A memberikan imbal hasil sebesar 6,19%.
Sementara di periode yang sama, reksa dana pendapatan tetap Manulife Obligasi Negara Indonesia (MONI) II Kelas A memberikan imbal hasil sebesar 9,19%.