Sambutannya pun cukup menggembirakan.
“Kalau para dosen pesannya per ekor, staf atau karyawan mintanya per pak sekali makan. Di situlah saya harus berpikir ulang lagi untuk bisa menentukan harga satu paket nasi rica-rica. Kalau per ekor kan gampang tinggal berapa kilo ketemu harganya,” katanya.
Jadi dalam 2 tahun pandemi Bu Tin menjalani usaha kuliner entok rica-ricanya secara online.
Melihat perkembangan usaha kulinernya cukup menjanjikan akhirnya ia memutuskan untuk membuka kedai makan.
Lagi-lagi ide datang dari sang keponakan.
“Bulik mbok buka tempat tongkrongan yang jual per porsi. Jadi ini bukan usaha yang terencana, semuanya mengalir begitu saja sejak Covid-19 merebak tahun 2020 itu, hingga akhirnya Januari 2022 saya buka warung ini,” katanya.
Awal-awal buka warung atau resto, Bu Tin lebih banyak menerima pesanan untuk acara seperti arisan, pertemuan di kantor, rapat, dan sebagainya.
“Waktu itu pas omicron lagi marak-maraknya saya buka warung. Bagusnya karena saya memasak berdasarkan pesanan, tidak ada risiko sedikitpun. Tinggal memberikan pilihan tingkat kepedasan saja. Tidak pedas, agak pedas, dan pedas,” jelasnya.