Mencermati dan memimpin tim masak
Mengenai keahliannya memasak, Bu Tin mengaku awalnya suka mencermati orang memasak.
“Kalau ada saudara punya hajat kan memasak banyak untuk tamu. Biasanya saya amati dari mulai belanja, terus menakar bumbu untuk masak banyak itu kan perlu rumus kalau tidak, masakan bisa hambar atau terlalu asin misalnya,” paparnya.
Nah, lanjut dia, biasanya orang-orang yang memasak saat hajatan itu tidak memiliki kemampuan untuk itu.
“Mereka perlu dipimpin dan diarahkan, sayalah yang biasanya kemudian memimpin tim tukang masak. Karena sering mengamati, saya akhirnya paham, dan punya rumus atau formulanya,” ujarnya.
“Biasanya formulanya untuk kiloan. Misalnya satu kilo daging perlu bumbu sekian siung bawang merah, bawang putih, atau pun cabe. Sudah ada takaran baru sehingga rasa tetap terjaga,” ucapnya.
Untuk menjaga rasa rica-ricanya, Bu Tin mempertahankan pengolahan bumbu tetap dilakukan manual tidak menggunakan alat bantu.
“Semua bumbu tetap saya ulek pakai tangan bukan diblender. Diblender memang meringankan tugas ya, tapi menghilangkan cita rasa otentik dan justru boros. Untuk satu kilo daging misalnya kalau diulek cukup 10 bawang merah misalnya, dengan diblender perlu 20 bawang,” jelas dia. “Memang bumbu jadi halus teksturnya, tapi rasanya berkurang, dan boros,” imbuhnya.
Meski lebih berat, namun Bu Tin tetap bertahan untuk mengulek bumbu dengan cobek.