Adapun lima sektor yang menjadi penyumbang paling besar terhadap capaian nilai ekspor industri manufaktur nasional sepanjang 2023, yakni industri logam dasar sebesar USD42 miliar, disusul industri makanan dan minuman (USD41,69 miliar), industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik (USD18,12 miliar), industri kimia, farmasi dan obat tradisional (USD17,30 miliar), serta industri alat angkutan (USD13,12 miliar).
Sementara itu, apabila dilihat dari tahun 2019-2022, terjadi tren peningkatan ekspor industri pengolahan nonmigas nasional.
Pada tahun 2019, ekspor produk manufaktur mencapai USD127,38 miliar, naik menjadi USD131,09 miliar di tahun 2020.
Kemudian pada tahun 2021, naik lagi menembus USD177,20 miliar, dan melonjak signifikan jadi USD206,06 miliar di tahun 2022.
Dalam meningkatkan diversifikasi produk ekspor, Kemenperin terus mendorong jenis produk ekspor yang dihasilkan dengan kompleksitas tinggi atau bernilai tambah tinggi seperti dari hasil hilirisasi nikel.
“Jenis produk baru yang diekspor dengan high complexity, sebagian besar berupa logam dasar hasil hilirisasi nikel seperti stainless steel ingot dan CRC, serta kendaraan roda dua. Selainnya merupakan produk baru dengan low complexity seperti aluminium oksida, dan turunan CPO,” papar Agus.