Dalam beragam epos politik yang membahayakan, ia memilih menempuh jalur hukum untuk menghadapi tekanan kekuasaan. Bukan membenturkan rakyat.
Saat dihadapkan pada pilihan mengambil jalan praktis melanggengkan kekuasaan, ia memilih menempuh jalur kaderisasi dengan mendirikan sekolah partai.
Keputusan yang membuka ruang bagi siapapun anak bangsa untuk berkontestasi secara sehat, tidak dengan logika kongkalikong atau pembajakan transaksional.
Keteladanan politik itu semata-mata demi merengkuh cakrawati ideologi Pancasila yang diajarkan oleh Bung Karno.
Selama puluhan tahun keteladanan itu ditunjukkan tanpa jeda.
Ia dapat menjadi ibu yang mengayomi di masa damai, ia mampu pula berteriak lantang membela kebenaran kala nilai-nilai yang diyakini oleh bangsa ini terancam.
Dua putra-putrinya, Prananda Prabowo dan Puan Maharani juga turut melayani bangsa melalui jalur politik yang mereka tempuh.
Tidak dengan cara-cara yang melanggar etika dan melecehkan akal sehat, tetapi melalui jalur pengabdian yang berproses.
Untuk itu, Ibu Mega tidak hanya menjadi penjaga ideologi dan konstitusi, ia mendidik bangsa untuk berani menjadi jantan: Satunya kata dan perbuatan.
Lentera Kepemimpinan
Maka, janji yang diucapkan oleh Ganjar Pranowo menjadi relevan. “Ini tentang Indonesia.”