Membeli Super Tangker Ditengah Badai Resesi, Pertamina Keliru?

Tuesday 27 Apr 2021, 8 : 23 pm
by
Direktur Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng,

Oleh: Salamuddin Daeng

Mengagetkan memang !keputusan Pertamina membeli dua kapal super tangker berkapasitas 2 juta ton.

Kekagetan bukan hanya karena harga super tangker yang super mahal, juga karena kondisi obyektif sektor transportasi termasuk transportasi migas sedang terpuruk.

Pasar pengiriman barang global termasuk di antara pasar yang paling terpukul oleh wabah virus korona.

Dalam skenario dampak yang parah, pasar pengiriman barang global diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 7,5 persen pada tahun 2020,  dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

•Wabah virus korona menghantam pasar pengiriman udara internasional melalui guncangan kesehatan terus-menerus yang menyeret ekonomi global ke dalam resesi yang dalam.

Dalam skenario dampak yang parah, pasar angkutan udara Eropa diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 9,1 persen pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

•Wabah virus korona menghantam pasar pengangkutan laut internasional melalui guncangan kesehatan terus-menerus yang menyeret ekonomi global ke dalam resesi yang dalam.

Dalam skenario dampak yang parah, pasar pengiriman barang laut Amerika Utara diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 12,1 persen pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

•Industri logistik global diperkirakan akan terkena dampak wabah COVID-19. Dalam skenario terburuk, nilai tambah bruto industri bisa turun 6,1 persen pada 2020.

•Menurut sebuah studi tahun 2020, gangguan yang berlangsung selama 100 hari pada rantai pasokan produksi dan distribusi dapat menyebabkan penurunan 90 persen dalam pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) dari perusahaan kedirgantaraan komersial.

Pada tahun 2020, studi yang sama menemukan bahwa peralatan komunikasi rantai nilai global paparan kejutan secara keseluruhan adalah yang tertinggi.

Di Indonesia, Sektor Transportasi dan Pergudangan konsisten menjadi sektor paling terpuruk dalam dua triwulan terakhir.

Laju pertumbuhan sektor tersebut pada Triwulan III-2020 pun kandas di angka -16,70 persen (year on year).

Penyebab ; Penurunan jumlah penumpang pun terjadi di semua moda angkutan, penurunan arus barang, aktivitas bongkar muat barang di pelabuhan-pelabuhan utama.

Dalam sektor transportasi yang drivernya menggunakan perangkat online juga mengalami penurunan, akibat menurunnya permintaan dan daya beli.

Kondisi ini tidak akan pulih sampai 2025.

Dalam situasi yang serba melemah bagaimana super tangker Pertamina akan bertahan dari kebangkrutan?

Penulis adalah Pengamat Ekonomi Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) di Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Dilema Golkar dan Kartu Pra Kerja

Oleh: Muhammad Syukur Mandar Salah satu media online menuliskan headline

Pemerintah Tak Mampu Stabilkan Harga Pangan

LUMAJANG – Anggota Komisi VI DPR RI Amin Ak menuding