Meski berada di daerah belum berkembang, Pringsewu yang waktu itu merupakan kota kecamatan kecil, ada lembaga pendidikan dasar yang cukup bermutu dengan menanamkan dasar nilai berguna bagi kehidupan mereka dalam masyarakat di kemudian hari.
Awie panggilan akrab Wiryanto Yudris adalah alumnus SD Xaverius yang sekarang Bernama SD Fransiskus pada 1975.
Dirinya merasa bangga menjadi salah satu alumnusnya.
Sekolah ini, menurut Awie telah banyak berkarya dalam memajukan dan meningkatkan kualitas masyarakat Pringsewu.
Dan kualitas itu dibawa para alumni berkarya di berbagai kota di Indonesia.
Ia berharap bahwa pemerintah setempat mau bekerjasama dengan alma maternya untuk mempersiapkan generasi baru demi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Rasa syukur juga diungkapkan alumnus SD Xaverius tahun 1973 yakni Agustina Sri Wahyuni.
Ia harus bersyukur karena meski merupakan sekolah Katolik, SD Xaverius pada waktu itu telah menanamkan nilai pluralisme kepada para muridnya yang terdiri dari berbagai strata sosial, agama dan etnis.
Ketika sekolah, para murid bersatu dan menyatu sebagai Indonesia kecil yang indah, tanpa diskriminasi oleh apapun.
Terwujud nilai solidaritas tanpa kamar di antara para murid.
Agustina sekarang berdomisili di Yogyakarta. Meskipun jarak memisahkan, ia dengan suka cita membuka bazar yang dimaksudkan untuk memeriahkan Reuni Agung itu.
Sementara Roberthus Hoyan Siubera memiliki kuat atas pondasi yang ditanamkan para Pendidikan SD Xaverius.
Yang dikagumi adalah mata pelajar berhitung, menulis halus, budi pekerjti, menyulam, baris berbaris, pemeriksaan kuku, prakarya dan lain-lain. Energi murid menurut Hoyan disalurkan secara positif oleh para guru.
Dirinya masih ingat peristiwa ketika menggunakan sepatu Bigboss.
Meskipun termasuk sepatu keren pada masanya, sepatu itu tetap ditenteng ketika hujan.