Pemimpin Bangsa Tak Perlu Adu Domba Rakyatnya Sendiri

Sunday 20 Jul 2014, 9 : 57 am
by
KH Maman Imanulhaq dan KH Masrur Ahmad

JAKARTA-Pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan, Majalengka, Jawa Barat, KH Maman Imanulhaq meminta seluruh elit politik di tanah air agar tidak perlu membuat kegaduhan politik yang justru menambah suasana panas menjelang dan pasca pengumuman hasil pilpres 2014 ini. Untuk itu, seluruh komponen bangsa mendukung Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), TNI dan POLRI menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).  “Saya menghimbau seluruh warga NU dimanapun berada juga untuk menjaga tradisi yang senantiasa mengakhiri Gegeran (pertikaian/kributan) menjadi Ger-Geran (sendau gurau/tertawa),” ujar Kiai Maman pada acara Ritual I’tikaf, Dzikir Ayat Kursi, Khataman Quran dan Buka Bersama Anak yatim & Kaum Dhu’fa, di Tugu Proklamasi, Jakarta, Minggu (20/7) .

I’tikaf adalah ritual yang sering dilakukan dengan cara memusatkan kekhusukan jiwa untuk berdialog dengan Tuhan guna menggapai cahaya ilahi menumbuhkan intuisi sebagai titian dalam menelusuri hakikat kehidupan. “Sebagai bangsa tolerans, kita semua harus mendukung Presiden SBY, TNI dan POLRI dalam menjaga NKRI dan menjamin rasa aman kepada seluruh rakyatnya pasca Pilpres 2014. Pilpres adalah momen kegembiraan politik rakyat. Saya yakin pilpres yang berjalan aman, damai dan tertib akan menghantarkan SBY sebagai presiden yang berhasil mengawal proses demokrasi di negara kelima terbesar di dunia ini,” tegas Kiai Maman.

Kiai Maman merasa yakin bahwa karena keberhasilan menjaga NKRI pasca Pilpres 2014,  SBY harus husnul khotimah (akhir yang baik) yang mengakhiri jabatan dengan baik dan terhormat.  Karena jika pasca pilpres terjadi kekacauan, SBY bukan Husnul khotimah tetapi Syu’ul Khotimah (akhir yang buruk), mengakhiri jabatan dengan coretan hitam bagi negeri ini. Oleh karena itu, bangsa Indonesia perlu mendukung Presiden SBY, Panglima TNI dan Kapolri dalam menjaga keutuhan NKRI.

Dalam NU, Maman menjelaskan lebih lanjut, kehidupan demokrasi yang baik  saat pilkades yang  dapat menjadi contoh bagaimana “kegaduhan” berakhir dengan “keteduhan”. Semua penduduk menghormati hasil pilihan itu dan pemenang jadi pemimpin untuk semua, bukan hanya kelompok yang mendukungnya. Istilahnya, Nahdhatul Ulama (NU) mempunyai tradisi mengubah Gegeran (ribut) menjadi Ger-ger-an (ketawa).

Sementara dari Jogyakarta, Ketua Forum Salaman Merapi (Silahturohmi Alim Ulama dan Tokoh Lintas Iman seputar wilayah Gunung Merapi), KH Masrur Ahmad, menegaskan bahwa pemimpin bangsa ini tidak perlu adu domba rakyatnya sendiri. Karena itu, Kiai kharismatis  ini mengajak semua elemen bangsa untuk bersama-sama belajar secara bijaksana budaya demokrasi. “Dalam konteks pilpres 2014, oleh ibu pertiwi  kita diajari untuk menjadi dewasa sebagai bangsa besar. Oleh karenanya, para elit politik pendukung capres harus menunjukkan sebagai pemimpin sebuah bangsa besar yang menawarkan hati sabar. Kita semua bisa membaca jelas apa yang terjadi dalam demokrasi kali ini,” ujar Masrur yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al Qodir, Cangkringan, Yogyakarta ini.

Menurut Masrur, jika terjadi kekacauan maka bangsa Indonesia tahu siapa yang bermain. Para elit politik tidak boleh menghina lagi bangsa Indonesia sebagai bangsa bodoh yang dapat dipermainkan.

Pilpres 2014 telah menunjukkan, Indonesia adalah bangsa besar cerdas yang bisa memilih dan ikut menentukan masa depan bangsa berdasarkan hati nuraninya. Masrur sangat yakin dan berharap para opportunis politik tidak  perlu bermain-main lagi dengan kesatuan bangsa. “Bangsa Indonesia harus bangkit dan bergerak menjadi bangsa yang besar. Jangan lagi ada dusta di antara kita sebagai bangsa. Kita semua bisa melihat koq siapa yang bermain dalam panggung politik dan siapa yang tidak nampak,” ujarnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

11 Calon Investor Lolos Tahap Prakualifikasi

JAKARTA-Sebelas calon investor PT Bank Mutiara, Tbk dinyatakan lolos tahap

Jhonlin Agro Raya Raih Kontrak Pertamina Patra Niaga Senilai Rp1,65 Triliun

JAKARTA-Perusahaan milik konglomerat asal Kalimantan Haji Isam, PT Jhonlin Agro