Polemik Bipang Ambawang, SJR: Jangan Terperangkap Pada Narasi Yang Salah

Sunday 9 May 2021, 5 : 12 pm
by
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum Rembuk Nasional Aktifis 98 ( RNA98 ), Sayed Junaidi Rizaldi

JAKARTA-Ketua Umum Rembuk Nasional Aktifis 98,  Sayed Junaidi Rizaldi (SJR) akhirnya angkat bicara terkait polemik Bipang Ambawang yang disampaikan Presiden Joko Widodo.

SJR berharap agar tidak berburuk sangka dengan pernyataan Kepala Negara tersebut.

Apalagi, pesan yang disampaikan Presiden Jokowi tersebut ditujukan bagi semua rakyat Indonesia, baik muslim maupun yang non muslim.

“Saya kira, tidak ada yang salah dengan pernyataan itu. Sebab, apa yang disampaikan tersebut diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dalam hal ini, masyarakat Indonesia yang beragam yang terdiri atas berbagai agama, suku, golongan, yang tersebar di berbagai provinsi,” ujar SJR dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (9/5).

Sebelumnya, video pidato Jokowi yang mempromosikan Bipang Ambawang khas Ambawang, Kalimantan Barat, viral di media sosial.

Dia menyebutkan sejumlah makanan seperti gudeg dari Yogyakarta, Pempek dari Palembang, Bipang Ambawang dari Kalimantan, dan lainnya.

Video tersebut disorot karena bipang dinarasikan sebagai babi panggang yang termasuk makanan haram bagi umat Islam.

Video yang beredar tersebut merupakan potongan video pidato Jokowi yang diunggah di akun YouTube Kementerian Perdagangan pada 5 Mei 2021.

Video bertajuk ‘05.05 Hari Bangga Buatan Indonesia’ itu berisi acara peringatan bangga dengan produk lokal.

“Untuk bapak ibu dan saudara yang rindu kuliner khas daerah atau yang biasannya mudik membawa oleh-oleh, tidak perlu ragu untuk memesannya secara online. Yang rindu makan gudeg Jogja, bandeng Semarang, siomay Bandung, empek-empek Palembang, Bipang Smbawang dari Kalimantan dan lain-lainnya tinggal pesan, dan makanan kesukaan akan diantar sampai ke rumah,” ujar Presiden Joko Widodo.

Ucapan tersebut rupanya menuai kontroversi karena Bipang Ambawang adalah babi panggang.

Hal ini lantaran mudik identik dengan umat Islam, sedangkan memakan babi adalah haram hukumnya.

Namun SJR menegaskan pernyataan Jokowi yang mempromosikan Bipang Ambawang tersebut tidak salah.

Karena mudik sesungguhnya bukan milik ummat muslim saja, tapi ini tradisi rakyat Indonesia.

Dan kebetulan tanggal 13 mei 2021 nanti adalah Hari Kenaikan Isa Almasih.

Sedangkan Ummat Muslim memasuki 1 syawal, Hari Raya Idul Fitri, hari raya kemenangan setelah 1 bulan penuh melewati bulan Ramadhan dengan berpuasa.

Karena itu, SJR berharap masyarakat tidak terperangkap pada narasi yang menyesatkan.

“Jadi istilah mudik untuk kita semua. Jadi saya katakan, kita jangan juga terperangkap pada narasi yang salah, seolah – olah Jokowi ini harus berbicara tentang ummat muslim saja. Tapi ingat Jokowi adalah Presiden rakyat Indonesia, yang terdiri dari bermacam bentuk keyakinan, berbagai macam suku dan bahasa,” tegas lulusan pascasarjana UI ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

BI dan BPS Tingkatkan Kerjasama di Bidang Statistik

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) sepakat untuk

Pinjaman Ganda Membuat Nasabah Mikro Terlilit Hutang

JAKARTA-Hasil studi yang dilakukan Perkumpulan Akses Keuangan Indonesia (PAKINDO) menyebutkan