Diurai lebih dalam, dalam menulis novel itu, Douwes Dekker menggunakan nama samaran Multatuli – aku yang banyak menderita.
Sehingga merefleksi dari Max Havelaar hingga kasus #papamintasaham, ia mempertanyakan masa depan bangsa, apakah bangsa Indonesia dalam usia kemerdekaan ke70 tahun kedua akan muncul multatuli-multatuli lain yang mengisahkan tentang perbudakan para penyelenggara dan akan dibaca oleh generasi 70 tahun mendatang?