Riset: FAST dan PZZA Tak Penuhi Standar Rantai Pasok Daging Ayam

Thursday 20 Oct 2022, 7 : 56 pm
by
ILustrasi

JAKARTA-Hasil riset World Animal Protection (WAP) dalam laporan The Pecking Order 2022 menyimpulkan bahwa PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) dan PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) mengabaikan penangangan rantai pasok daging ayam atau bahkan tidak memenuhi standar kesejahteraan hewan ternak.

Menurut Manajer Kampanye WAP Indonesia, Rully Prayoga, sejumlah restoran cepat saji global yang beroperasi di Indonesia mengabaikan standar rantai pasok hewan ternak, yang selanjutnya disajikan kepada konsumen.

Penelitian ini dilakukan di Indonesia Australia, Brasil, Kanada, Cina, India Kenya, Thailand dan AS.

“Laporan terbaru menunjukkan fakta bahwa ikon global tersebut, khususnya KFC Indonesia selalu menghindar dan memberikan alasan atas komitmen kesejahteraan ayam dalam rantai pasokan mereka,” kata Rully dalam keterangan pers yang dilansir di Jakarta, Kamis (20/10).

Selain FAST (KFC) dan PZZA (Pizza Hut), menurut Rully, penilaian yang dilakukan dalam riset tersebut juga menyasar pada brand restoran cepat saji Burger King, Domino’s, McDonald’s, Pizza Hut, Starbucks, Subway dan Nando’s. Namun, brand Subway dan Nando’s tidak diteliti di Indonesia.

Setiap tahun, lanjut dia, sejak 2020 WAP meluncurkan The Pecking Order (TPO) untuk mengevaluasi merek-merek perusahaan makanan cepat saji ikonik dalam pendekatan yang terkait penanganan kesejahteraan ayam dalam rantai pasokan dagingnya.

“KFC Indonesia termasuk dalam perusahaan yang berada pada peringkat ke-6 (sangat buruk) pada target mereka dan tidak membuat kemajuan untuk mewujudkan komitmen terhadap kesejahteraan ayam sejak peluncuran TPO pertama di 2019,” ujar Rully.

Dia menyampaikan, hasil riset menyebutkan bahwa tidak kurang dari 60 miliar ayam di dunia menderita di tangan perusahaan makanan cepat saji yang menolak untuk menganggap serius kesejahteraan ayam dalam rantai pasokan.

“Ayam hidup berdesakan di pabrik peternakan dengan sedikit atau tanpa lingkungan yang sehat. Ayam broiler dihasilkan dari seleksi genetika yang membuat mereka tumbuh besar dengan cepat, sekitar 27 sampai 30 hari. Ini memberikan tekanan besar pada jantung, paru-paru dan kaki ayam dan membatasinya untuk berperilaku alami,” tutur Rully.

Oleh karena itu, WAP mendesak agar industri pangan berkomitmen untuk mengubah kebijakan.

Perusahaan diharapkan menggunakan bibit ayam yang sehat, memastikan ayam memiliki ruang untuk dapat berperilaku lebih alami, memberikan kesempatan kepada ayam di peternakan untuk menikmati perilaku alami dan memastikan ayam disembelih dengan cara yang lebih manusiawi.

Pada dasarnya, kata Rully, perusahaan memiliki kekuatan untuk meningkatkan kehidupan miliaran ayam, namun setelah empat tahun penilaian, hasilnya perusahaan itu terus mengabaikan sains dan sentimen konsumen terkait masalah ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

KOPITU Teken PKS Dengan BPJAMSOSTEK Tingkatkan Perlindungan Bagi UKM

JAKARTA-Komite Pengusaha Mikro Kecil Menengah Indonesia Bersatu (KOPITU) menandatangi Perjanjian

Presiden Minta Perusahaan ‘Go Public’ Beri Saham Karyawan

JAKARTA-Presiden Joko Widodo meminta agar perusahaan yang sudah tercatat dipasar