JAKARTA-Pemerintah diminta mencermati perkembangan yang terjadi di Kawasan Asia.
Hal ini karena ketegangan China dan Taiwan bisa berdampak lebih buruk dibanding perang Ukraina-Rusia, dimana melibatkan Amerika Serikat (AS).
“Jika ketegangan Tiongkok dan Taiwan terus menanjak, bahkan naik eskalasinya. Apalagi jika dibarengai dengan berbagai kebijakan pelarangan sektor ekonomi, tentu akan sangat berpengaruh terhadap ekonomi domestik Indonesia,” kata Ketua Banggar DPR MH Said Abdullah kepada wartawan, Selasa (8/8/2022).
Menurut Said, ketegangan baru di Kawasan Asia ini harus dicermati.
“Transaksi perdagangan Indonesia dengan Tiongkok mencapai 19 persen dari total perdagangan internasional kita,” ungkapnya lagi.
Posisi China sangat strategis, kata Anggota Komisi XI DPR ini, bahwa Tiongkok juga makin intensif melakukan kerjasama ekonomi dengan Indonesia, seperti eksplorasi nikel di Sultra, Kereta Cepat Jakarta Bandung, dan lain-lain.
“Kita tidak berharap kawasan Asia Timur mengalami ketegangan politik, sebab selain ASEAN yang menjadi pasar perdagangan kita, Tiongkok, Korsel dan Jepang adalah mitra dagang strategis Indonesia,” ujar politisi PDIP.
Legislator dari Dapil Jatim XI ini menjelaskan bahwa mereka juga investor yang sangat besar dalam kegiatan investasi di Indonesia.
“Jepang bahkan menjadi investor besar di negara kita sejak tahun 1970 an. Investasi Korsel melalui otomotif belakangan juga meningkat,” ucapnya.
Diakui Said, resiko ekonominya sangat besar bila negara negara di kawasan ini bersitegang.
“Sebaiknya mereka tidak terprovokasi langkah langkah Amerika Serikat yang kerapkali melakukan aksi aksi unilateral yang justru kontraproduktif pada keamanan dunia, dan kerjasama ekonomi,” pungkasnya. ***
