Tak Masuk Resesi, Namun Hilirisasi Industri Sangat Diperlukan

Thursday 23 Feb 2023, 6 : 56 pm
Diskusi “Membedah pertumbuhan ekonomi di tengah ancaman resesi” di Gedung DPR, Kamis (23/2/2023)

JAKARTA-Indonesia tidak akan masuk ke dalam jurang resesi ekonomi setidaknya selama 2023, karena daya beli masyarakat dan tingkat konsumsi yang masih tinggi.

Namun demikian, memang ada kekhawatiran dengan kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti rendahnya ekspor dan tingginya angka pengangguran

Demikian kata Pengamat ekonomi Drajat Wibowo dalam diskusi bertajuk “Membedah pertumbuhan ekonomi di tengah ancaman resesi” di Gedung DPR, Kamis (23/2/2023).

Selain Drajat Wibowo, turut jadi nara sumber pada acara diskusi itu Anggota DPR Komisi XI Kamrussamad dari Partai Gerindra dan pimpinan MPR Syarief Hasan dari Partai Demokrat.

Sedangkan di tingkat global, kata Drajat, kemungkinan ada resesi.

Hal ini karena dampak perang antara Rusia dan Ukraina juga masih berlangsung sejak hampir satu tahun tanpa solusi perdamaian.

Akan tetapi, kata Lektor Kepala (Associate Professor), Perbanas Institute, Jakarta, salah satu penyangga ekonomi nasional untuk menghindari resesi dengan negara berpenduduk terbesar keempat dunia, masih tetap pada daya beli masyarakat, ujarnya.

Dia juga melihat kondisi perpolitikan nasional juga akan kondusif pada tahun ini meski sebagian kalangan ada yang meragukannya.

“Saya kira peluang Indonesia untuk terkena resesi pada tahun 2023 ini lebih kecil dari peluang untuk terkena resesi karena faktor konsumsi yang masih tinggi,” ujarnya.

Hanya saja Drajat mengakui pertumbuhan ekonomi diprediksi masih akan berjalan lebih lambat dari perkiraan.

Sebagai perbandingan, dia memuji pertumbuhan ekonomi Malaysia yang sudah mencapai di atas delapan persen meski sebelum masa pademi Covid-19 angka pertumbuhan itu tidak terlalu berbeda dengan Indonesia di kisaran 5 persen.

Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR Kamrussamad mengatakan hingga kini dirinya belum melihat adanya gangguan antara supply dan demand selain faktor diluar kendali baik global maupun domestik.

Dia melihat ekosistem ekonomi, baik ditingkat domestik maupun di global, masih baik-baik saja.

Namun demikian, Anggota Fraksi Gerindra itu menilai perang antara Rusia dan Ukraina cukup mengganggu supply dan demand secara global.

“Tapi ada satu yang kita tidak prediksi waktu itu adalah perang antara Rusia dan Ukraina,” ujarnya.

Sedangkan terkait target pertumbuhan ekonomi tahun 2023 sebesar 5,3 persen, lebih jauh politisi Senayan itu melihat target yang ditetapkan oleh pemerintah dan DPR cukup realistis dan akan mudah dicapai.

“Yang menjadi pertanyaan besar itu adalah, sejauh mana kualitas pertumbuhan ekonomi tersebut? Dia juga mempertanyakan 50,8% konsumsi yang digerakkan oleh konsumsi rumah tangga.

Sedangkan di sisi lain dia percaya bahwa hilirisasi industri akan menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Apalagi, kalau pembangunan smelter untuk pengolahan bahan mentah berbagai komoditas tambang juga bisa dipercepat.

“Inilah sebetulnya yang ingin kita dorong kepada pemerintah, supaya ini segera diimplementasikan,” ucapnya.

Kamrussamad mengaku mendukung larangan ekspor bahan mentah. “Bauksit dilarang untuk ekspor, bijih besi dilarang untuk ekspor dan seterusnya, tapi perlu transmisi kebijakannya di tingkat lokal yang melibatkan pengusaha lokal dengan skema yang baik,” pungkasnya. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

OJK Gandeng KPPU Monitor Perbankan

JAKARTA-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berjanji akan mendesak lembaga perbankan untuk

Biaya PEN Sangat Besar, Said Abdullah: Perlunya Burden Sharing Pemerintah dan BI

JAKARTA- Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, MH Said Abdullah