Terima Lemhannas RI: Presiden Tegaskan Kembali Soal Green Economy

Rabu 13 Okt 2021, 11 : 35 pm
by
Keseriusan pemerintah terkait dengan Green Economy ditandai dengan akan dibangunnya Green Industrial Park seluas 20.000 ha yang berada di Kalimantan Utara pada bulan depan.
Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Pur) Agus Widjojo (tengah) didampingi (dari ka-ki) Edi Permadi (Ketua Tim Kajian Bid. SKA), Marsdya TNI Wieko Syofyan Iwakil Gubernur), Komjen Pol Purwadi Arianto (Sestama), Reni Mayerni (Deputi Pengkajian Strategis) dan AM Putut Prabantoro (Taprof Bid. Ideologi dan Sosbud) memberikan penjelasan kepada media setelah acara pengarahan Presiden Joko Widodo kepada Alumni PPRA 62 dan Peserta PPSA 23, di Istana Merdeka, Rabu (13/10/2021)

Permintaan itu terkait dengan penjelasan Edi Permadi kepada Joko Widodo bahwa jika bijih nikel, tidak dikelola dengan good mining practices dan konservasi sumber daya dalam waktu belasan tahun saja akan habis.

Oleh karena itu, untuk berdaya guna bagi dukungan perwujudan ekonomi nasional, nikel dan mineral strategis lainnnya harus dikelola dengan baik.

“Saya minta untuk segera diberikan kepada saya tentang hal itu dan cukup satu halaman saja. Saya baru mendengar tentang hal ini, ” ujar Joko Widodo kepada Edi Permadi.

Kepada Presiden, dijelaskan juga oleh Edi Permadi, pengelolaan SKA melalui Good Mining Practices agar dapat dilakukan konservasi jangka panjang dan membuat industri strategis nasional.

Salah satunya adalah Solar Cell sebagai green energy.

Peluang menghasilkan green power (energy) sesuai dengan Paris Agreement 2015 membuat semua negara berusaha untuk memenuhi persyaratan (compliance).

“Kita bisa dapatkan benefit dengan memproduksi green energy untuk diekspor ke negara yang membeli dengan harga premium seperti Singapura yang tidak memiliki lahan luas. Sebagai contoh, sekarang ini Australia merencanakan pemasangan kabel bawah laut sejauh 4.200 KM melalui Indonesia untuk mensupplai Singapura,” jelas Edi Permadi.

Dalam konteks tersebut, dijelaskan lebih lanjut, Indonesia memiliki peluang yakni mensupplai dari Riau dan Batam yang jaraknya hanya 60 KM.

Challenge yang ada adalah kaitan dengan pembangkit dan transmisi swasta apalagi untuk ekspor.

Lalu portofolio PLN sebagai pengayom seluruh rakyat Indonesia sehingga berfokus pada fosil yang ekonomis sehingga perlu didorong BUMN atau Swasta Nasional kuat yang bisa menciptai nilai tambah dengan membuat pembangkit green energy.

Komentar

Your email address will not be published.

Don't Miss

BI

IKK Januari 2020 Berada di Level Optimis

JAKARTA-Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Januari 2020 mengindikasikan optimisme

PP Pelapor Korupsi Harus Rinci Guna Hindari “Permainan”

JAKARTA-Peraturan Pemerintah (PP) No 43 Tahun 2018 tentang pelapor korupsi