UT Bukukan Pendapatan Rp 32,4 Triliun di Triwulan I 2024

Kamis 2 Mei 2024, 1 : 54 pm
Ilustrasi

JAKARTA – PT United Tractors Tbk (UNTR) membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 32,4 triliun pada triwulan I 2024.

Angka ini turun 7% dari Rp 34,9 triliun di periode yang sama tahun 2023, karena terjadi penurunan kinerja dari segmen Mesin Konstruksi dan Pertambangan Batu Bara.

Sekretaris Perseroan UNTR Sara K. Loebis, mengemukakan, penurunan pendapatan  ditambah dengan biaya keuangan yang lebih tinggi dan kerugian selisih kurs menyebabkan penurunan laba bersih Perseroan sebesar 15% menjadi Rp 4,5 triliun di triwulan I 2024, dari Rp 5,3 triliun di triwulan I 2023.

Sara menjelaskan, Segmen Usaha Mesin Konstruksi mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 37% menjadi 1.126 unit dibandingkan tahun lalu sebesar 1.791 unit.

“Berdasarkan riset pasar internal, Komatsu memimpin pangsa pasar penjualan alat berat sebesar 29%,” kaktanya dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (2/5/2024).

Pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat turun 11% menjadi Rp 2,6 triliun dari Rp3,0 trilliun.

Penjualan Scania turun dari dari 218 unit me njadi 87 unit dan penjualan produk UD Trucks turun dari 89 unit menjadi 32 unit.

Ini disebabkan oleh penurunan permintaan terutama di sektor pertambangan.

Secara keseluruhan pendapatan unit usaha Mesin Konstruksi turun 22% menjadi Rp 8,3 triliun dibandingkan Rp 10,6 triliun pada periode yang sama tahun 2023.

Kemudian, di Segmen Usaha Kontraktor Penambangan dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA).

Sampai dengan bulan Maret 2024, PAMA membukukan pendapatan bersih sebesar Rp13,3 triliun, naik 14% dari Rp11,7 triliun.

PAMA mencatat peningkatan volume produksi batu bara sebesar 21%, dari 27 juta ton menjadi 32 juta ton, dan volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) sebesar 17% dari 245 juta bcm menjadi 286 juta bcm, dengan rata-rata stripping ratio sebesar 8,9x, turun dari 9,2x.

Sementara itu, di Segmen Usaha Pertambangan Batu Bara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA).

Sampai dengan bulan Maret 2024 total penjualan batu bara mencapai 4,0 juta ton (termasuk 0,8 juta ton batu bara metalurgi), meningkat 33% dibandingkan triwulan I 2023.

Pendapatan segmen usaha Pertambangan Batu Bara turun sebesar 21%, dari Rp 10,5 triliun menjadi Rp 8,3 triliun karena menurunnya rata-rata harga jual batu bara.

Adapun di Segmen Usaha Pertambangan Emas dan Mineral Lainnya mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 8% menjadi Rp 1,8 triliun. Ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan harga jual rata-rata emas sebesar 14% (dari USD1.896 per ons menjadi USD2.165 per ons).

Berikut, Pertambangan Emas,  anak usaha Perseroan yang bergerak di bidang pertambangan emas, PT Agincourt Resources (PTAR) mengoperasikan tambang emas Martabe yang terletak di Sumatera Utara.

Sampai dengan bulan Maret 2024, total penjualan setara emas dari Martabe mencapai 49 ribu ons, turun 16% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 sebesar 59 ribu ons karena pemerintah baru saja menyetujui Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB pertambangan tahunan pada akhir triwulan I 2024.

Penjualan emas diperkirakan akan kembali normal pada triwulan mendatang.

Sedangkan di Segmen Usaha Pertambangan Nikel Perseroan terdiri dari PT Stargate Pasific Resources (SPR) yang baru saja diakuisisi dengan kepemilikan mayoritas pada bulan Desember 2023 dan Nickel Industries Limited (NIC) yang diakuisisi pada bulan September 2023 dengan kepemilikan sebesar 19,99%.

SPR mengoperasikan tambang nikel di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

SPR mencatatkan penjualan bijih nikel sebesar 383 ribu wet metric ton (wmt) pada triwulan pertama tahun 2024, yang terdiri dari 203 ribu wmt saprolit dan 180 ribu wmt limonit.

NIC merupakan perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel terintegrasi dengan aset utama yang berlokasi di Indonesia.

Perseroan mencatat equity income dari NIC yang tertunda, karena adanya perbedaan periode pelaporan kinerja.

NIC melaporkan penjualan 34 ribu ton logam nikel pada kuartal terakhir tahun 2023, yang terdiri dari 29 ribu ton logam nikel dalam bentuk NPI dan 5 ribu ton dalam bentuk nikel matte.

Di Segmen Usaha Industri Konstruksi dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACSET).

Sampai dengan bulan Maret 2024, Industri Konstruksi membukukan pendapatan bersih sebesar Rp535 miliar, naik 55% dibandingkan Rp345 miliar di triwulan I 2023.

ACSET membukukan rugi bersih sebesar Rp 42 miliar, lebih tinggi dibandingkan rugi bersih sebesar Rp 30 miliar pada periode yang sama tahun 2023.

 

 

Komentar

Your email address will not be published.

Don't Miss

Hidrogen Berikan Alternatif Energi Murah

JAKARTA-Indonesia memiliki beragam energi alternatif sebagai sumber energi. Energi berbasis

Laba WOMF di 1Q24 Cuma Naik 0,24% Jadi Rp62,81 Miliar

JAKARTA – PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF)  selama tiga