Pertumbuhan Harga Properti Residensial Melambat

Wednesday 12 Aug 2015, 6 : 29 pm
by
Ilustrasi pertumbuhan KPR

JAKARTA-Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI) triwulan II-2015 mengindikasikan adanya perlambatan pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer baik secara triwulanan maupun tahunan. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 1,38% (qtq) atau 5,95% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 1,44% (qtq) atau 6,27% (yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara menjelaskan perlambatan pertumbuhan harga terjadi pada semua tipe rumah, kecuali rumah tipe kecil yang mengalami kenaikan harga sebesar 2,60% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan kenaikan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,98% (qtq). “Melambatnya kenaikan harga diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan III-2015,” katanya di Jakarta, Rabu (12/8).
Menurutnya, perlambatan kinerja properti juga tercermin dari pertumbuhan penjualan properti residensial pada triwulan II-2015 yang sebesar 10,84%, (qtq), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 26,62% (qtq). “Perlambatan penjualan terutama terjadi pada rumah tipe menengah,” imbuhnya.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa pembiayaan pembangunan properti residensial masih bersumber dari dana internal pengembang. Sebagian besar pengembang (62,57%) menggunakan dana sendiri sebagai sumber pembiayaan usahanya. Sementara itu, sumber pembiayaan konsumen untuk membeli properti masih didominasi oleh pembiayaan perbankan (KPR). “Sebanyak 72,20% responden masih memanfaatkan KPR sebagai fasilitas pembiayaan dalam pembelian properti residensial, khususnya pada rumah tipe kecil,” tuturnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Indonesia Punya Modal Dasar Mengembangkan Industri Maritim

SURABAYA-Indonesia memiliki modal dasar yang cukup untuk dapat mengembangkan industri
Kemitraan ini diharapkan mampu memenuhi komitmen Indonesia dalam mereduksi emisi gas rumah kaca sesuai Nationally Determined Contribution (NDC) pada tahun 2030 sebesar 29% dari Bussiness As Usual (BAU) dengan kemampuan sendiri, dan 41% dengan bantuan internasional.

Prospek Ekonomi Asia Tumbuh Positif, HBA Mei Dipatok USD89,74 per Ton

JAKARTA-Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menetapkan