Kelompok Volatile Food Mengalami Deflasi 0,77%

Monday 3 Apr 2017, 8 : 55 pm
by
Ilustrasi

JAKARTA-Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Maret 2017 mencatat deflasi sebesar 0,02% (mtm), menurun dari bulan lalu yang mengalami inflasi sebesar 0,23% (mtm). Deflasi IHK terutama disumbang oleh deflasi komponen bahan makanan bergejolak (volatile foods). “Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK sampai dengan bulan Maret tercatat 1,19% (ytd) atau secara tahunan mencapai 3,61% (yoy),” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Tirta Segara di Jakarta, Senin (3/4).

Menurutnya, kelompok volatile food pada bulan Maret 2017 tercatat mengalami deflasi sebesar 0,77% (mtm) melanjutkan deflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,36% (mtm). Deflasi terutama bersumber dari komoditas cabai merah, beras, cabai rawit, ikan segar, telur ayam ras, dan bawang putih. Penurunan harga cabai dan beras terjadi seiring dengan melimpahnya pasokan karena panen. Deflasi lebih lanjut tertahan oleh kenaikan harga bawang merah dan minyak goreng. “Secara tahunan, inflasi volatile food mencapai sebesar 2,89% (yoy),” terangnya.

Dia menjelaskan, inflasi inti bulan Maret 2017 tercatat sebesar 0,10% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,37% (mtm). Melambatnya inflasi inti pada bulan ini terutama disumbang oleh deflasi tarif pulsa ponsel. Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok ini adalah nasi dengan lauk, ayam goreng, dan kontrak rumah. “Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 3,30% (yoy),” imbuhnya.

Sedangkan, inflasi administered prices pada bulan Maret 2017 mencapai 0,37% (mtm), menurun dari bulan lalu yang sebesar 0,58% (mtm). Penurunan inflasi administered prices, antara lain, dipengaruhi deflasi tarif angkutan udara. Namun, kenaikan tarif listrik akibat penyesuaian tarif listrik tahap 2 untuk pelanggan prabayar daya 900 VA nonsubsidi menahan penurunan inflasi pada kelompok ini. Selain itu, inflasi administered prices juga didorong oleh penyesuaian harga bensin, rokok kretek filter, dan rokok kretek. Secara tahunan, inflasi administered prices mencapai sebesar 5,50% (yoy).

Ke depan jelasnya, inflasi akan tetap diarahkan berada pada sasaran inflasi 2017, yaitu 4 plus minus1%. “Untuk itu, koordinasi kebijakan Pemerintah dan BI dalam pengendalian inflasi perlu terus diperkuat terutama dalam menghadapi sejumlah risiko terkait penyesuaian administered prices sejalan dengan kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi oleh Pemerintah, dan risiko kenaikan harga volatile food menjelang bulan puasa,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Resmi, Saham Bentoel Internasional Investama Dihapus dari BEI

JAKARTA-Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menghapus pencatatan (delisting) saham PT
belanja barang dan belanja modal pemerintah pusat sebesar Rp 609,3 triliun, yangsemestinya dapat dioptimalkan sebagai peluang pasar bagi IKM. "

Bidik Industri Halal Berdaya Saing Global, Kemenperin Siap Gelar ii-Motion

JAKARTA-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) semakin fokus untuk mengembangkan industri halal dan