JAKARTA – Bank Indonesia (BI) harus melakukan pengawasan yang lebih dalam terkait kondisi likuiditas dan pergerakan mata uang asing di Indonesia.
Kenaikan yang cukup tajam atas loan-to-deposit ratio (LDR) telah memunculkan kekhawatiran akan adanya overheating.
“Dengan penunjukkan Menteri Keuangan Agus Martowardojo sebagai Gubernur BI yang baru, The Royal Bank of Scotland (RBS) melihat transisi ini tidak akan banyak memberikan dampak pada manajemen kebijakan moneter. Sentimen yang tampak dari investor secara umum positif sejak Agus Martowardojo dinominasikan atas jabatan tersebut. Akan tetapi, ada kebutuhan mata uang asing harus tetap diwaspadai,” ujar Ekonom RBS untuk Asia Tenggara, Enrico Tanuwidjaja di Jakarta, Kamis (18/4).
Menurut Enrico, peningkatan LDR belum terlalu mengkhawatirkan karena masih sesuai regulasi untuk menjaga supaya LDR tidak jatuh di bawah 78%.
Walaupun kebijakan ini dapat memberikan dampak kepada kualitas kredit dan memunculkan kekhawatiran investor, Erico percaya bank-bank di tanah air memiliki kecukupan modal yang baik.
Non-performing loans (NPL) masih dalam kondisi baik dan bank-bank memiliki hampir 80% pembiayaan yang didapat dari kenaikan simpanan.
“Hal ini dapat menepis kekhawatiran atas overheating.,” urai dia.