Calon Presiden Adalah Pelayan Masyarakat Indonesia

Rabu 3 Mei 2023, 9 : 28 pm
by
Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo

Dasasila Bandung merupakan dasar bagaimana berpolitik secara bebas dan aktif di kancah perpolitikan dunia, dan Ganjar mempraktekkan hal tersebut.

Di bidang kebudayaan, Ganjar menampilkan ekspresi budaya untuk menyatukan keragaman.

Dan karena itulah, Megawati memilihnya sebagai capres dari PDIP.

Tahun politik ini diproyeksikan akan benar-benar menguji persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sebagai sebuah negara.

Isu-isu yang dapat memecah belah masyarakat diprediksikan akan banyak menghiasi media berita, televisi, dan sosial bangsa Indonesia.

Pemilihan tahun 2024 ini pun akan dilaksanakan serentak bersama-sama pada bulan Februari 2024, dan dengan proyeksi-proyeksi diatas, pemilihan harus benar-benar dipersiapkan secara matang.

Para calon pemimpin pun sudah mulai menunjukkan diri, mulai dari calon legislative, sampai kepada calon presiden, dan juga beberapa tokoh sudah disebutkan akan juga menjadi calon wakil presiden.

Masyarakat Indonesia akan dimanja dengan berbagai janji-janji politik, supaya memilih para calon tersebut dan melancarkan jalan mereka menjadi pemimpin.

Tapi masyarakat patut untuk menyadari bahwa pemimpin yang dibutuhkan leh negara Indonesia bukan hanya seorang pemimpin yang kuat dan berkarisma, tetapi juga seorang visioner, seorang pemimpin yang memiliki visi misi kedepan, yang mampu melihat dan mampu mengangkat martabat Indonesia di mata masyarakatnya dan di mata masyarakat dunia.

Pemimpin yang visioner adalah pemimpin yang mampu menjawab zaman.

Salah satu contoh yang Indonesia pernah punya adalah Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno, yang biasa dipanggil dengan sebutan Bung Karno.

Beliau adalah visioner yang betul mampu mengangkat bangsa Indonesia, dari bangsa yang terjajah, menjadi merdeka dan bergengsi.

Soekarno adalah salah satu contoh pelayan publik. Dia mengamalkan nilai keutamaan politik, yaitu politik bukan untuk memperkaya diri, mendapatkan kekuasaan sebesar-besarnya, dan meraup keuntungan terus menerus.

Seorang politikus, dengan meminjam istilah dari Walter Benjamin, harus memiliki dua dimensi politik, yaitu politik yang ilahi dan yang manusiawi. Megawati, dengan kekuasaannya yang luar biasa atas arah partai politik yang dia pimpin, seharusnya mudah saja menunjuk orang dekatnya.

Tetapi, Megawati menggunakan kekuasaannya, dengan dimensi politik ilahi, untuk kembali menjalankan keutamaan politik.

Komentar

Your email address will not be published.

Don't Miss

Masih Kabur, Pemerintah Kaji Kembali Peran Gubernur

JAKARTA-Pemerintah mengkaji kembali salah satu kebijakan terbarunya menyangkut penguatan peran

Meningkat 912,84%, Eagle High Plantations Raih Laba Rp177,03 Miliar pada 2023

JAKARTA – Emiten perkebunan sawit, PT Eagle High Plantations Tbk