Peningkatan harga jual telah membantu perseroan mengejar kenaikan cukai yang tinggi secara berturut-turut sejak 2020.
Kenaikan cukai ini terjadi di saat Indonesia terdampak Covid-19, di mana diterapkan pembatasan sosial dan mengakibatkan berkurang/hilangnya lapangan pekerjaan.
Kenaikan harga jual yang lebih tinggi dan lebih sering dilakukan sejak paruh kedua 2022 membantu perseroan dalam memperbaiki marjin laba bruto dari 8,2% pada 2022 menjadi 14% pada 2023, dan marjin laba dari 1,6% pada 2022 menjadi 5,5% pada 2023.
Namun, volume penjualan mengalami penurunan sebesar 25,1% yang mencerminkan kondisi daya beli konsumen yang stagnan.
Sementara itu, total aset GGRM meningkat 3,6% menjadi Rp86,67 triliun terutama disebabkan oleh peningkatan aset tetap.
Total liabilitas turun 2,1% menjadi Rp26,67 triliun, yang disebabkan oleh penurunan utang cukai (termasuk PPN dan pajak rokok) sebesar Rp4,046 triliun seiring dengan penurunan volume penjualan, serta peningkatan pinjaman jangka pendek sebesar Rp4,737 triliun sejalan dengan kebutuhan pendanaan Perseroan.
GGRM secara konsisten mengelola utang secara bijaksana dan menjalin hubungan yang baik dengan perbankan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja.
Perseroan memiliki kapasitas produksi, tingkat persediaan bahan baku, dan barang jadi yang memadai untuk memenuhi permintaan pasar.
Perseroan juga terus melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan, mencakup dukungan dalam bidang pendidikan, kegiatan sosial dan memberikan bantuan bagi komunitas di sekitar operasional perusahaan.
Adapun pembangunan proyek Bandar Udara Dhoho terus berjalan pada 2023 dan diharapkan akan siap pakai pada 2024.