Jokowi Bisa Kalah Jika Salah Strategi

Sunday 4 May 2014, 6 : 11 pm
by
Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas Ph.D

JAKARTA-Temuan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terbaru memperlihatkan tren calon presiden (capres) PDI Perjuangan, Joko Widodo yang melemah, sementara di lain sisi, tren capres Gerindra, Prabowo Subianto cenderung menguat.

Dalam kondisi ini, Jokowi bisa kalah oleh Prabowo jika salah memilih pasangan dan salah dalam berstrategi kampanye.

Hal ini disampaikan peneliti SMRC, Sirojudin Abbas saat memaparkan survei bertema Koalisi Capres, Elite vs Massa Pemilih, yang dirilis di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Minggu (4/5).

Survei yang dilakukan pada 20-24 April 2014, menggunakan sampel 2040 responden, dengan margin of error +- 2,2% dan tingkat kepercayaan pada 95%.

Dalam survei yang merupakan kerjasama SMRC dengan The Comparative National Election Project (CNEP) ini, fokus ada pada koalisi yang bertumpu pada elektabilitas tokoh partai menurut lima tertinggi perolehan suara partai.

Partai yang memimpin koalisi adalah PDI Perjuangan yang mengusung Joko Widodo, Golkar pengusung Aburizal Bakrie, Gerindra dengan Prabowo sebagai capres, Demokrat (Dahlan Iskan) dan atau PKB (Mafhud MD).

Ketika lima nama tersebut bertarung, maka Jokowi akan memimpin dengan 44,3%, Prabowo 28,4%, Aburizal 9,0%, Dahlan Iskan 3,1%, Mahfud MD 1,7%, 13,4% sisanya belum tahu.

Namun, jika dikerucutkan hanya pada tiga pasangan maka Jokowi akan memperoleh 47,1%, Prabowo 32,1%, Aburizal 9,2%, yang menjawab belum tahu turun menjadi 11,5%.

Pada simulasi dua nama, Jokowi vs Prabowo, Jokowi mendapat 51,6% dan Prabowo 35,7%, belum tahu sebesar 12,7%.

Namun, tren head to head antara mereka berdua, sejak Desember 2013 hingga April 2014, suara Jokowi cenderung terus turun, dari 62% menjadi hanya 52%.

Kebalikan dari itu, Prabowo justru punya tren positif, dari 23% ke 36%, pada periode yang sama.

Namun, Jokowi lebih didukung oleh pemilih lintas partai.

Data survei menunjukkan bahwa basis pemilih terbesar Aburizal Bakrie adalah Partai Golkar (23%), PPP (15%), dan PBB (14%).

Dukungan terhadap Prabowo paling besar datang dari Gerindra (73%), Hanura (50%), dan PKS (45%).

Sementara data pemilih menunjukkan Jokowi didukung pemilih PKPI (89%), PDI Perjuangan (78%), Nasdem (64%), PBB (50%), Demokrat (47%), PKB (44%), PAN (42%), PPP (40%), dan Golkar (38%).

Berdasar survei ini, baru koalisi PDI Perjuangan dan Nasdem yang mencerminkan aspirasi pemilih mereka.

Jika elit PPP dan PAN memutuskan untuk mendukung Prabowo, maka keputusan tersebut adalah keputusan elitis yang tak mencerminkan aspirasi konstituen PPP dan PAN.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

BI Rate Naik Demi Selamatkan Sektor Rill

JAKARTA-Keputusan Bank Indonesia (BI) menaikan BIrate atau suku bunga acuan

Sekitar 78% Caleg Tak Penuhi Persyaratan

JAKARTA-Komisi Pemilihan Umum (KPU), mengumumkan hasil verifikasi kelengkapan administrasi daftar