JAKARTA-PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) selama sembilan bulan pertama tahun ini berhasil membukukan laba bersih mencapai Rp7,7 triliun atau bertumbuh 73,9 persen (year-on-year).
Berdasarkan siaran pers yang dilansir BBNI di Jakarta, Senin (25/10), pertumbuhan laba bersih tersebut utamanya berasal dari pertumbuhan Fee Based Income (FBI) dan Net Interest Income (NII) yang masing-masing sebesar 16,8 persen dan 17,6 persen (y-o-y).
“Pencapaian ini juga merupakan hasil dari transformasi digital BNI yang salah satunya ditujukan untuk penguatan kapabilitas dalam transactional banking,” demikian disebutkan manajemen BBNI.
BBNI mencatat kinerja penghimpunan dana murah yang sangat sehat, sehingga menjadi salah satu faktor pendukung kredit yang solid.
“Komposisi himpunan dana murah atau CASA mencapai 69,7 persen dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) atau tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir”.
Pada Kuartal III-2021, CASA BBNI tercatat bertumbuh 8 persen (y-o-y) menjadi Rp465,7 triliun.
CASA ini mendominasi DPK yang bertumbuh 1,4 persen (y-o-y) menjadi Rp668,55 triliun.
Pertumbuhan CASA telah berdampak positif pada penghematan beban bunga sebesar 10 basis poin dari kuartal sebelumnya.
Sementara itu, Pendapatan Operasional sebelum Pencadangan (PPOP) per Kuartal III-2021 tercatat bertumbuh 21 persen (y-o-y), karena adanya struktur pendanaan (funding) berbiaya murah yang kuat.
Sehingga, berkontribusi dalam recovery Net Interest Margin (NIM) sebesar 50 basis poin.