Pentingnya Peran Perbankan Bagi Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi

Rabu 13 Jan 2021, 1 : 13 pm
by
Ilustrasi

Meskipun demikian, ada sejumlah titik terang yang memberikan harapan pemulihan ekonomi.

Salah satunya adalah terpilihnya Joseph Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) membuka kemungkinan meredanya ketegangan dan perang dagang antara AS dengan Tiongkok.

Hasil uji klinis beberapa vaksin untuk Covid-19 dengan tingkat efikasi di atas 90 persen juga memantik harapan bahwa pandemi akan berangsur-angsur berakhir.

Pada laporan Bank DBS lainnya yang bertajuk “Regional Market Focus: Regional Strategy”, pertumbuhan ekonomi Indonesia dilaporkan akan terus membaik dengan permintaan domestik dan belanja pemerintah yang akan menjadi kunci bagi pemulihan ekonomi Indonesia.

Total belanja Pemerintah Indonesia dalam APBN 2021 sebesar Rp2.750 triliun atau 15,6 persen dari Produk Domestik Bruto dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5 persen.

Defisit anggaran dalam APBN 2021 direncanakan 5,7 persen, sedikit lebih kecil dari defisit anggaran pada 2020 yakni 6,34 persen.

Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, pada acara Refleksi Awal Tahun 2021, anggaran untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional tahun 2021 dialokasikan sebesar Rp403,9 triliun, di mana sebelumnya ditetapkan sebesar Rp372,3 triliun.

Anggaran tersebut akan digunakan membiayai enam program utama yakni kesehatan dengan anggaran, perlindungan sosial, sektoral kementerian dan lembaga, dukungan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, pembiayaan korporasi dengan anggaran, dan insentif usaha.

“Dengan prospek pertumbuhan yang lebih baik pada 2021, kami percaya pemulihan siklus (cyclical recovery) dan pertumbuhan domestik akan menjadi tema utama tahun depan,” jelas ekonom Bank DBS dalam laporan yang terbit pada awal Desember lalu.

Bank DBS memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 sebesar 4 persen, lebih rendah dibanding proyeksi APBN 2021 dan Bank Indonesia (BI) (4,8-5,8%).

Seiring berakhirnya ketidakpastian politik di AS dan ketersediaan vaksin Covid-19, aliran modal asing ke emerging market, termasuk Indonesia, yang melemah pada dua tahun terakhir diprediksi akan membaik pada tahun mendatang.

Perkiraan ini juga dipicu stabilnya dolar AS dan rupiah Indonesia.

Aliran modal asing ini akan berdampak besar bagi IHSG, khususnya pada saham-saham berkapitalisasi besar (the big cap stocks) seperti saham perbankan.

“Kami percaya aliran modal asing ini akan mendorong kinerja IHSG lebih baik lagi pada 2021,” ekonom Bank DBS memproyeksikan.

Sementara itu, BI kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuan yang rendah dan fokus pada dukungan kebijakan non-konvensional.

Obligasi Rupiah diprediksi akan menjadi daya tarik baru jika disertai dengan rasio penawaran yang lebih tinggi dalam lelang, sehingga investor dapat memperoleh keuntungan dengan dukungan bank sentral.

Guna menenangkan kegelisahan para investor pasar modal terhadap kebijakan defisit anggaran yang lebih besar untuk membantu perekonomian nasional, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) memastikan BI akan tetap pada posisinya sebagai standby buyer pada tahun depan untuk mendukung pemulihan ekonomi.

Namun demikian, ekonom Bank DBS memperkirakan partisipasi BI dalam menyerap surat utang negara tidak akan sebesar tahun 2020 karena defisit yang membaik dan partisipasi publik yang lebih besar.

Komentar

Your email address will not be published.

Don't Miss

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Bintang Ekonomi Sejahtera Tangsel

JAKARTA-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai otoritas pengaturan dan pengawas lembaga

Metro TV Minta Polisi Usus Tuntas Kasus Pembunuhan Yodi Prabowo

TANGERANG-Metro TV mendorong penuntasan kasus pembunuhan terhadap Yodi Prabowo, editor