Respons Permintaan Menkeu, LPEI Andalkan Kopi Jadi Komoditas Ekspor

Tuesday 11 Jan 2022, 9 : 13 pm
ilustrasi

JAKARTA-Badan usaha Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan, yakni Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI/Indonesia Eximbank) mengaku akan memanfaatkan lonjakan harga kopi dunia dengan menggenjot ekspor melalui Desa Devisa bentukan Eximbank.

Menurut Direktur Bisnis II Indonesia Eximbank, Maqin U Norhadi dalam siaran pers yang dikirim melalui surat elektronik, Selasa (11/1), upaya LPEI untuk menggenjot ekspor kopi di 2022 ini sebagai respons atas permintaan dari Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati agar LPEI kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi.

“Kita dihadapkan pada sebuah lingkungan dunia yang bergerak sangat cepat. Ekspor merupakan salah satu engine growth yang sangat penting. LPEI yang berfungsi sebagai pemberi kredit atau credit enhancer, sebagai fasilitator, akselerator maupun agregator harus meningkatkan kreativitas dan inovasi,” ujar Sri Mulyani.

Lebih lanjut Maqin mengatakan, sejauh ini permintaan kopi dunia berangsur-angsur meningkat, setelah hampir dua tahun mengalami penurunan akibat dampak kondisi pandemi Covid-19 yang menggangu rantai pasok logistik di lingkup global.

Bahkan, kata Maqin, kebijakan sejumlah negara yang membatasi aktivitas transportasi dan kelangkaan truk kontiner telah menyebabkan volume perdagangan kopi mengalami kemerosotan di jalur pasar ekspor global.

“Indonesia sebagai produsen kopi keempat terbesar di dunia, setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia pun ikut terdampak oleh kondisi tersebut. Meski demikian, nyaris tidak ada pelaku usaha kopi yang gulung tikar dan beralih ke bisnis komoditas lain. Ini memperlihatkan bahwa penurunan bisnis kopi murni adalah akibat pandemi dan terganggunya rantai pasok, bukan karena berkurangnya permintaan pasar,” paparnya.

Memasuki 2021, ujar Maqin, permintaan kopi dunia mulai menunjukkan tren meningkat. “Nilai ekspor kopi Indonesia rebound, karena ditopang oleh kenaikan harga kopi dunia. Pertumbuhan nilai kopi masih minus 1,9 persen pada periode kumulatif Januari-Oktober 2021, namun relatif membaik dari minus 6,9 persen di 2020,” katanya.

Dia mengaku, upaya Eximbank dalam menggerakkan ekspor sudah dipersiapkan sejak tahun lalu dengan mendorong pengembangan bisnis kopi.

Salah satunya, melaksanakan program Desa Devisa khusus kopi di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Berdasarkan kajian Indonesia Eximbank Institute (IEI), permintaan kopi dunia di 2022 akan mengalami peningkatan, seiring dengan harga kopi yang terus meninggi dan meluasnya ekspor bagi Indonesia.

Dia menyampaikan, ekspor perdana kopi dari Desa Devisa LPEI di Subang mencapai 18 ton yang menyasar pasar Arab Saudi.

IEI menilai, saat ini pasar tradisional kopi di AS, Jepang, Jerman, dan sejumlah negara Eropa lainnya terus membesar.

Saat ini, eksportir kopi nasional tersebar di Semarang, Banda Aceh, Deliserdang, Medan, Bandar Lampung, Surabaya, Sidoarjo dan Malang.

LPEI mencatat, ceruk permintaan kopi yang lebih spesifik, seperti kopi organik sangat cerah pasarnya.

Oleh karena itu, selain di Subang, LPEI juga mendampingi pengembangan bisnis kopi organik di kawasan Pegunungan Ijen, Banyuwangi.

“Tahun ini, ditargetkan kopi organik jenis Java Ijen (dari kawasan Pegunungan Ijen, Banyuwangi) akan memulai ekspor untuk memenuhi kebutuhan pasar Jepang. Desa-desa di kawasan ini menjadi bagian dari program Desa Devisa LPEI, yang pada 2022 ditargetkan dapat menjangkau 100 desa melalui program Desa Devisa,” ujar Maqin.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Perlu Kemitraan Berkesinambungan Antar Stakeholder Hadapi Fluktuasi Bisnis

JAKARTA-Harga jagung belakangan ini mengalami kenaikan yang berimbas pada peternak
Dua kali surat dilayangkan kepada Kapolres Bantul, Yogyakarta AKBP Ihsan SIK tidak mendapat tanggapan sama sekali.

Kapolri Diminta Atensinya Atas Laporan PT Pixel Perdana Jaya di Polres Bantul

JAKARTA-Kapolri Jend. Listyo Sigit Prabowo diminta untuk memberikan atensi terhadap