“Dalam konteks inilah, ISKA berupaya memaknai kebangsaan Indonesia dalam bingkai menjunjung tinggi martabat manusia dan kesetaraan,” ujar Luky.
Pemaknaan ulang terhadap kebangsaan penting dan harus dilakukan agar ide kebangsaan berada di dalam konteks dinamika sosial masyarakat yang kontemporer.
Proses kontekstualisasi tersebut harus digali Pancasila dan pembukaan UUD 1945.
Keduanya merupakan dasar membangun filosofi kebangsaan Indonesia.
“Selain meletakkan konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila meletakkan hak asasi dan upaya menjunjung martabat manusia Indonesia dalam konteks bernegara,” Luky menambahkan.
Seluruh perayaan Dies Natalis ke-65 ISKA, diawali misa konselebrasi yang dipimpin Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Antonius Bunjamin Subianto OSC.
Tiga pastor pendamping Ketua KWI dalam misa konselebrasi adalah Dr. Antonius Widyarsono SJ, Dr. Andreas Atawolo OFM, RD. Stevanus Harry Yudanto.
Tough Membela Geraja
Dari altar misa konselebrasi, Uskup Antonius berpesan dalam karya-karya pelayannya, ISKA hendaknya menghormati serta mewujudkan martabat kemanusiaan dan kesetaraan dalam tugas pelayanannya sebagai cendekiawan Katolik.
“Di usia 65, ISKA adalah sebuah kekuatan luar biasa, menjadi parakletos yang teguh membela Gereja serta berbagai komunitas yang dilanda kesulitan,” ujarnya.