Harapan Terhadap Timur Tengah 2020

Wednesday 1 Jan 2020, 8 : 24 pm
by
Vaksin Covid19 dan Fiskal Kita
Ketua Badan Anggaran DPR RI MH Said Abdullah

Didalam negeri, saya mengharapkan kita tidak mudah terpancing dengan berbagai sentiman agama dalam melihat konflik di Timur Tengah.

Seperti yang terbaru kita nyaris terpancing dengan isu muslim Uighur di China. Konflik di Timur Tengah secara makro lebih pas dilihat sebagai konflik perebutan sumber daya dan pengaruh kawasan, ketimbang isu-isu agama.

Resolusi 2020

Sejarah dunia mencatat, tidak ada negara yang maju, kuat, dan makmur rakyatnya jika perang terus berlangsung dikawasannya.

Wartawan sekaligus Pengamat Timur Tengah, Mustofa A Rahman menuliskan (2019) jumlah orang miskin di Timur Tengah dan Afrika Utara mencapai 9,5 juta jiwa pada 2013, kemudian bertambah menjadi 18,6 juta jiwa pada 2015.

Kaum sangat miskin di Timur Tengah dan Afrika Utara dengan pendapatan hanya 2 dollar AS per hari, mencapai sekitar 2,6 % pada 2013, dan kemudian bertambah menjadi 5% pada 2015.

Kita bisa ambil Yaman sebagai contoh, sebelum Arab Spring.

Sumber Bank Dunia (2019), PDB mereka tahun 2010 karena kemerosotan ekonomi, mencapai 30,9 miliar USD, kondisi ini sempat membaik pada tahun 2014 keposisi 43,23 miliar USD.

Namun karena perang makin bergejolak, tahun 2018, PDB mereka jatuh terendah keposisi 26,91 miliar USD dalam sepuluh tahun terakhir, bandingkan dengan PDB Indonesia tahun 2018 yang mencapai 1.042 triliun USD.

Akibat perang yang tidak berkesudahan, populasi penduduk Suriah juga terus menurun sejak 2010.

Data Bank Dunia menunjukkan, jika pada tahun 2010 penduduk Suriah mencapai 21,3 juta, maka pada tahun 2018 turun menjadi 16,96 juta, dari tahun 2017 mencapai 17 juta penduduk.

Pada penghujung tahun 2019 ini, saya mengajak kepada seluruh pemimpin di Timur Tengah untuk menatap masa depan.

Langkah awal yang mungkin terlihat naif, tapi demi masa depan bersama adalah melakukan resolusi konflik di seluruh kawasan.

Konferensi Negara-Negara Islam (OKI) dapat mengambil inisiatif lebih besar, misalnya dengan kepeloporan Indonesia.

Selain itu, Gulf Cooperation Council (GCC) juga bisa makin menguatkan kerjasama ekonomi baik didalam kawasan Timur Tengah maupun dengan luar, misalnya seperti dengan ASEAN.

Sesungguhnya tidak ada alas an bagi Negara-negara Timur Tengah untuk tidak makin menguatkan kerjasama ekonomi, serta mengakhiri perang.

Terlebih Negara-negara yang tidak konflik social saja seperti Bahran, Oman, Qatar, Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab (UEA) dalam beberapa tahun terakhir mengalami deficit necara perdagangan.

Dalam Empat tahun terakhir, Arab Saudi mengalami deficit neraca perdagangan terbesar, mencapai 3,68 miliar USD.

Demikian juga UEA mencapai defisit 0,4 miliar USD, Oman deficit perdagangan 0,02 miliar USD, Qatar defsit hingga 1,32 miliar USD.

Nasib deficit perdagangan itu tidak saja dialami oleh sebagian negara di Jazirah Arab, Indonesia sendiri juga mengalami deficit neraca perdagangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Kartu Kredit Platinum CIMB Niaga Raih Penghargaan Service Quality Award 2013

JAKARTA-PT Bank CIMB Niaga Tbk (“CIMB Niaga”) berhasil meraih penghargaan

Jawab MEA, Rano Bangun Teaching Factory

JAKARTA-Pemprov Banten benar-benar serius mengembang Sumber Daya Manusia (SDM) terutama