Teroris lupa (belajar) bahwa alienasi atas dirinya (dari keselarasan itu) merupakan embrio-sistematik dari kapitalisme yang pada akhirnya menjadikan dirinya sebagai pekerja yang tak pernah menjadi otonom.
Karena itu, teroris pada akhirnya teralienasi dari alam, dari aktivitasnya sendiri, teralienasi dari species-being (dari dirinya sebagai anggota dari human-species) dan terasing dari manusia lain. Ini sebabnya, alienasi merupakan proses di mana manusia menjadi asing terhadap dunia tempat mereka hidup.
Sebagai sebuah isme, terorisme muncul menjadi gagasan dan tindakan yang menghendaki disharmoni terhadap manusia untuk hidup dalam damai lantaran ada semacam perpecahan atau keterputusan yang membuat dirinya merasa seperti orang asing di dunianya sendiri.
Di saat umat hendak berharmoni dengan keadaan dalam damai lebaran, teroris melakukan “budaya tanding” dengan cara menebar angin. Ini terjadi karena teroris tidak berkelindan dengan alam melainkan terpuruk pada antiklimaks kenyataan.
Barangkali, suatu ketika akan hadir masa dimana para alien akan teratasi dan kemanusiaannya kembali hidup dalam harmoni dengan dirinya sendiri dan dengan alam. Tetapi, dalam konteks menyamakan persepsi untuk mendidik (melawan) terorisme, semua perlu bersatu untuk melawan terorisme dan kebersatuan itu, pada akhirnya menjadi kuat. H
ari ini, berdoa saja tidak cukup terutama pada posisi Tuhan yang tidak terlalu teknis dalam ramadan maupun lebaran sekalipun. (*)
Penulis adalah Wakil Ketua Banggar DPR dari F-PDI Perjuangan