Menyoal Kilang Tuban Pertamina dan Rosneft

Saturday 27 Feb 2021, 7 : 27 am
by
Sawit telah memperoleh konsesi lahan dalam jumlah sangat luas. Lebih dari 13 juta hektar
Pengamat Ekonomi Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng

Oleh: Salamuddin Daeng

Semua perusahaan minyak sudah mengerti bahwa copid 19 adalah pukulan buat mereka, ditempeleng agar segara berubah. Dan semua perusahaan Minyak akan berubah begitu juga Rosneft Oil Rusia.

Mereka akan kehilangan banyak investor jika tetap ngotot tidak tunduk pada protokol iklim dan itu akan membuat perusahaan ini gulung tikar.

Bayangkan ya lima perusahaan raksasa BP Exxon, Chevron, Shell, total, rugi 77 miliar dolar sepanjang tahun 2020.

Kalau tidak ada yang mau investasi lagi, perusahaan raksasa itu semua bisa tutup. Sementara investasi hanya mau masuk lewat jalur isue iklim.

Untuk memulihkan terutama Ebitda mereka yang telah parah dan memastikan perusahaan tidak bangkrut dihantam covid maka perusahaan migas meningkatkan perburuan sumber uang.

Perlu dicatat bahwa dalam satu dekade terakhir perusahaan minyak lebih fokus memburu uang ketimbang memproduksi minyak. Ini mengaitkan fokus keuangan mereka secara medasar.

Sekarang mereka menyisahkan sedikit harapan, para investor hanyak akan membiayai investasi iklim. Dalam hal ini perusahaan minyak harus mengikat diri secara penuh dalam COP 21.

Bagaimana caranya ? Apa yang harus dilakukan pertamina? atau oleh Sinuhun?

Saya belum pernah dengar dengan jelas apa yang akan dilakukan Pertamina dan sinuhun merespon patahan sejarah ini.

Semua janji mengenai penurnan emisi dan bauaran energi Indonesia ambyar. Indonesia dapat dicap membuat janji palsu pada dunia. Pada umat manusia.

INI YANG AKAN DILAKUKAN ROSNEFT MENER

Produsen minyak mentah terbesar Rusia, Rosneft yang dikendalikan negara, menandatangani perjanjian kolaborasi dengan British Petroleum untuk mendukung pengelolaan karbon.

BP adalah pemegang saham asing terbesar di Rosneft dengan 19,75% saham.

Perusahaan industri Rusia telah berebut untuk meningkatkan skor ESG (Environmental, Social and Good Governance) mereka atau menghadapi risiko kehilangan investor yang semakin berhati-hati dengan strategi lingkungan jangka panjang.

Pada tingkat kebijakan negara bagian, ESG juga menjadi fokus saat Rusia terlambat bersiap untuk menangani pengenalan pajak karbon UE dan tantangan “hijau” lainnya.

Laporan terbaru menunjukkan beberapa inisiatif sedang dikembangkan pada saat yang sama, seperti sertifikat hijau, strategi pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), dan kebijakan efisiensi energi.

Rosneft berada di peringkat ke-16 dalam peringkat ESG perusahaan RA Expert Rusia terbaru, daftar baru yang menggambarkan skor ESG dari perusahaan besar Rusia.

Ini peringkat terbaik di lingkungan (7) dan terburuk di tata kelola perusahaan (27).

Dalam isue lingkungan ini, agenda komprehensif merupakan langkah logis berikutnya bagi Rosneft, yang telah bekerja keras untuk meningkatkan daya tarik investasinya.

Pada 2018, perusahaan mendorong perubahan investasi yang luas, ketika berjanji untuk memotong utang, mengendalikan program investasinya, dan melepaskan aset yang tidak menguntungkan. Perusahaan juga menaikkan pembayaran dividen menjadi 50% dari laba.

Sekarang Rosneft dan BP telah sepakat “untuk bekerja sama dalam mengidentifikasi dan mengembangkan solusi dan program rendah karbon baru yang akan mendukung tujuan keberlanjutan bersama mereka.”

Perusahaan minyak juga akan bersama-sama mengevaluasi proyek baru yang mempertimbangkan penggunaan energi terbarukan, peluang untuk penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon, serta pengembangan hidrogen.

“Penilaian ESG adalah bagian yang semakin penting dari proses pengambilan keputusan investor.

Oleh karena itu, kesepakatan strategis antara Rosneft dan BP tentang pengelolaan karbon harus dianggap positif bagi Rosneft,”.

Rosneft juga mengingatkan bahwa mereka telah mengadopsi Rencana Manajemen Karbon 2035 yang menampilkan target yang jelas untuk mengurangi emisi GRK, yang diperbarui oleh dewan pada Desember 2020.

Sasaran yang diuraikan dalam rencana tersebut mencakup pencegahan emisi GRK langsung dan tidak langsung sebesar 20 juta ton setara CO2, pengurangan intensitas emisi langsung dan tidak langsung sebesar 30% dalam produksi minyak dan gas, laju emisi metana di bawah 0,25%, dan nol rutinitas. pembakaran gas ekstraksi terkait.

Adapun BP, dalam 10 tahun bertujuan untuk meningkatkan investasi rendah karbonnya 10 kali lipat menjadi sekitar $ 5 miliar per tahun, sambil mengembangkan sekitar 50 GW kapasitas pembangkit bersih terbarukan, meningkat 20 kali lipat.

BENAR YANG DI ATAS ADALAH RENCANA ROSNEFT. HAL YANG KURANG BAIK ADALAH RENCANA KERJASAMA DENGAN PERTAMINA AKAN MERUSAK KOMITMEN MEREKA TERHADAP COP 21.

APAKAH PERTAMINA PUNYA RENCANA MENGURANGI EMISI LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG? ATAU RENCANA SINUHUN? SUDAH PERNAH DENGAR? SAYA BELUM.

Pertamina sudah pasti rugi, gak mungkin untung. Semua klaim keuntungan adalah berupa pergantian subsidi oleh pemerintah. Belum tentu pemerintah bisa kasih uang. Karena pemerintah sendiri sedang cekak.

Pertamina harus putar otak, cari uang. Mencari uang dengan mencari minyak adalah dua hal yang berbeda. Cari uang bisa dari jual minyak, bisa juga jual dari nimbun obligasi. Itulah yang dilakukan pertamina dalam tiga tahun terakhir. Menimbun utang.

Uang hasil nimbun obligasi bisa mengalahkan kemampuan perusahaan dapat uang lewat jual minyak. Pertamina bisa dapat uang hasil jual obligasi tahun 2020 senilai 2,9 miliar USD atau lebih dari 40 triliun rupiah.

Tapi dalam waktu yang sama tahun 2020 Pertamina hanya dapat untung katanya 14 triliun rupiah. Itu pun belum tentu karena uang masih berupa janji atau piutang pada pemerintah.

Hasil jual oblogasi berkali kali lipat lebih besar dari kemampuan mendapatkan Untung katanya Itu cara cari uang yang dilakukan Pertamina.

Namun cara cari uang pertamina dengan menimbun utang adalah cara mahal, karena menyisahkan beban besar untuk bunga dan pembayaran pokok utang. Pertamina pasti bangkrut kalau melanjutkan cara seperti ini.

Nah nanti dalam waktu dekat jual minyak masih bisa, makin banyak di ecer ecer di jalan- jalan, tapi cari uang dari minyak sudah gak bisa. Lalu bagaimana Pertamina akan membayar utang utangnya. Perusahaan ini harus siap disita oleh pemberi utang.

Kesalahan terbesar yang dilakukan Pertamina adalah tidak adanya rencana sama sekali untuk menjalankan agendan penurunan emisi karbon.

Malah sebaliknya mau melakukan gasifikasi batubara dan menggunakan minyak sawit dua musuh bebuyutan COP 21.

Penults adalah Ekonom Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI) di Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Hentikan Industrialisasi Pangan, Petani dan Nelayan Harus Maju

JAKARTA-Aliansi untuk Kedaulatan Pangan (AKAP) melakukan aksi mimbar bebas dan
Untuk target pencatatan Efek baru di 2022 adalah sebanyak 68 Efek, yang terdiri dari pencatatan saham, obligasi baru dan pencatatan efek lainnya yang meliputi ETF

Laporan Keuangan Peroleh Opini Disclaimer, BEI Suspensi Saham INTA

JAKARTA-PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan untuk melakukan penghentian sementara