Pakar IT Universitas Airlangga Sebut Data Sirekap Tidak Valid dan Ceroboh

Wednesday 20 Mar 2024, 2 : 22 pm
Ilustrasi

JAKARTA– Pakar IT Kecerdasan Buatan dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Soegianto MSi mengaku telah melakukan kajian ilmiah terkait data hasil penghitungan suara yang ditampilkan dalam Sistem Rekapitulasi Suara (Sirekap))  milik Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan menemukan fakta bahwa  data tidak valid dan ceroboh.

Ia juga telah melakukan snapshoot untuk menangkap Json, yang merupakan jalur komunikasi antara web dan server  Sirekap, serta menganalisa  menggunakan robot.

“Saya mengambil 797.000 data sebagai bahan analisa dan saya menangkap 96 variabel, yang mana di situ saya tidak mengubah gambar menjadi teks dan sebagainya. Tapi saya mengambil data angka dari komunikasi antara server dengan web,” kata Soegianto, dalam Diskusi Publik Bertajuk “Sirekap dan Kejahatan Pemilu 2024 Sebuah Konspirasi Politik,”  di Jakarta, Senin (18/3/2024).

Dari analisa awal terhadap data tersebut, Soegianto menemukan bahwa data antara suara sah dan pemilih yang mencoblos,  tidak kompak atau tidak cocok.

Seharusnya Sirekap dapat mempermudah rekapitulasi jumlah suara sah dan jika ada data yang berbeda atau salah maka akan muncul notifikasi.

Kenyataannya yang terjadi ketika angka yang salah juga masuk atau terdata di Sirekap.

“Ini berarti data suara sah tidak bisa dipastikan karena ada yang tidak match. Jadi, saya ingin mendeklarasikan bahwa ini kecerobohan, ya ini kecerobohan dari Sirekap,” ungkap Soegianto yang juga merupakan  dosen Fisika Komputasi di Fakultas Sains dan Teknologi Unair Surabaya.

Soegianto kemudian  menganalisa untuk membandingkan antara data Pileg dan data Pilpres. Pertimbangannya, secara kaidah ilmiah seharusnya ada korelasi antara jumlah suara pileg dan pilpres, karena pencoblosan dilakukan oleh orang atau pemilih yang sama dan di lokasi yang sama.

Ternyata, hasil analisa menunjukkan perbedaan yang cukup mencolok, yakni hasil suara untuk pileg dan pilpres berbeda antara 50% bahkan 70%, di sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Hal ini menimbulkan pertanyaan besar karena perbedaan yang signifikan, sehingga Soegianto berkesimpulan data dari Sirekap tidak bisa dinyatakan valid untuk direkapitulasi dan menghasilkan persentase suara untuk partai politik maupun pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden.

“Saya tidak menghitung suara sah dan suara tidak sah,  sebab bagi saya, itu sudah lewat, karena memang ada ratusan ribu TPS yang datanya tidak nyambung. Padahal seharusnya semua datanya valid, ternyata tidak valid, jadi ya wis enggak usah dianalisa karena tidak valid,” ujar Soegianto.

Soegianto kemudian melanjutkan kajian atas data Sirekap, dengan menggunakan 3 metode untuk mendefenisikan data yang dianggap valid.

Pertama, menghitung semua data Sirekap dengan dianggap valid, kecuali yang jumlah pemilihnya di atas DPT yang sebanyak 300 orang.

“Berdasarkan metode pertama, jumlah yang memilih Pilpres itu 124 juta dari 795.000 TPS,” kata  Soegianto.

Kedua, menganalisa semua data Sirekap berdasarkan suara nil dan yang di atas 300 pemilih dan ternyata banyak TPS yang hasilnya nil.

Ketiga, menganalisa data suara berdasarkan gambar formulir C1 yang diupload.

“Setelah menggabungkan metode kedua dan ketiga, saya menemukan bahwa suara tidak sah itu ada 49 juta di seluruh Indonesia,” ungkap Soegianto.

Bahkan, setelah dikolaborasi antara yang mencoblos partai dan paslon atau untuk pileg dan pilpres, semua data bergeser di mana terjadi penambahan suara untuk paslon 2 sebesar 20 %, sedangkan untuk paslon 1 berkurang dan paslon 3, sebesar 15 %.

“Akhirnya saya mencoba untuk menghitung kalau begitu kelompok orang yang memilih di pilpres dan orang yang memilih di pileg dikelompokkan, maka muncul angka untuk paslon 2 itu 48 %,” tutur Soegianto.

Dia menuturkan, data Sirekap yang menunjukkan paslon 2 mendapat 58 % suara kemungkinan disebabkan penambahan dari suara tidak sah atau nil. Dengan demikian, tak ada paslon yang memenangkan Pilpres dengan suara mayoritas, sehingga Pilpres bisa berlanjut ke putaran kedua.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Kemajemukan Jadi Kekuatan Bangsa Indonesia

NAGEKEO-Kondisi kemajemukan bangsa Indonesia harus dikelola dan dirawat dengan baik,

Indonesia Didorong Jadi Basis Industri Otomotif Berorientasi Ekspor

JAKARTA-Pemerintah terus mendorong agar Indonesia menjadi basis industri otomotif berorientasi