Jokowi Acuhkan Kekecewaan Publik, Pengamat Prediksi Penyalahgunaan Kekuasaan Bakal Terus Terjadi

Wednesday 15 Nov 2023, 6 : 36 pm
Presiden Joko Widodo/Foto: Dok Setkab
Presiden Joko Widodo/Foto: Dok Setkab

JAKARTA-Peneliti Politik BRIN, Firman Noor mengatakan, Presiden Joko Widodo sudah lama terbuai kekuasaan, merasa dirinya benar dan akan selalu mendapat dukungan. Hilang sensitifnya.

“Kalau satu kekuasaan sedemikian diagungkan, dibela, demikian ditafsirkan selalu secara positif, dibenarkan meski salah, dalam waktu lama, hilang sensitifnya, ada syndrome ketidaksensitifan,“ tegas Firman pada wartawan, Rabu (15/11/2023).

Firman khawatir, karena awalnya tidak pernah dikritik, kini dia malah menghabisi balik orang yang mengkritik dia.

Jokowi, memiliki inner circle yang punya prinsip ‘Asal Bapak Senang’ yang kemudian kebal terhadap kritik ataupun masukan.

“Ini mengidentifikasikan bagaimana Jokowi melihat kekuasaan, mencerminkan pandangan dia terhadap demokrasi yang tidak menggembirakan,” ujarnya.

Menurut Firman, dengan kondisi yang ada sekarang, kritik akan sulit dibungkam.

“Semakin ada aksi-reaksi. Semakin penguasa bersikap tidak sensitif, akan menyemai banyak kalangan bersikap kritis terhadap dia,“ kata Firman.

Dosen Ilmu Politik di Universitas Indonesia (UI) ini pun menambahkan, Jokowi masih percaya diri, seolah berada ‘di atas angin’ karena ada kelompok ‘silent majority’ yang dianggap berpihak padanya.

Jokowi merasa secure, atau aman-aman saja.

“Sejauh kunci yang bisa melengserkan dia bisa tersentuh, ini kayak radio rusak saja. Tetapi tidak powerful, dia masih merasa secure,” imbuhnya.

Telanjangnya manuver politik kekuasaan membuat dukungan terhadap Jokowi pelan-pelan berkurang.

Paska putusan MK, sejumlah tokoh nasional dan pegiat demokrasi melontarkan kekecewaan mereka terhadap sikap Jokowi.

Yang terbaru adalah pernyataan sikap agamawan Romo Magnis.

“Dan tahun-tahun terakhir dengan dukungan presiden mengebiri KPK. Penguasa tanpa malu mencoba membangun dinasti keluarga dan kekuasaan keluarga. Saya ulangi yang dibilang tadi yang gawat kalau orang tidak melihat bahwa itu tidak beres,” jelas Romo Magnis dalam acara bersama para tokoh nasional di Jakarta.

Kekecewaan para tokoh bangsa ini tentu disebabkan karena sejumlah pembajakan demokrasi dengan memanipulasi hukum lewat putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memberi jalan bagi putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, menjadi bakal calon wakil presiden (bawacapres).

Drama di MK menunjukkan perekayasaan hukum dengan memanfaatkan intervensi dari pihak penguasa dan mempertontonkan upaya kolusi, nepotisme, dan membangun politik dinasti.

Dugaan ini makin jelas setelah Mahkamah Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) memutuskan memberhentikan Ketua MK Anwar Usman yang telah terbukti melakukan pelanggaran etik yang berat.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Di dalam hukum pidana, perbuatan memasukan keterangan tidak benar ke dalam suatu Perjanjian atau Dokumen atau Akta Otentik, dikualifikasi sebagai tindak pidana

Petrus: Politik Dinasti dan Kroni Kekuasaan Ancaman Serius Demokrasi

JAKARTA– Dinasti politik yang mulai mewabah  Indonesia merupakan sebuah ancaman.

Tapera Menambah Sengsara?

Oleh: Yustinus Prastowo Di masa pandemi ini, keluhan demi keluhan