JAKARTA- Analis valas PT Harvest Futures International, Tonny Mariano mengatakan nilai tukar rupiah selama perdagangan sepekan cenderung melemah karena terperosoknya harga komoditi internasional, khususnya harga kelompok logam mulia seperti emas dan perak. “Aktivitas pergerakan rupiah sepekan secara rata-rata bergerak dikisaran 9.700 – 9.725 per dollar Amerika Serikat (AS),” ujar Tonny Mariano di Jakarta, Jumat (19/4).
Menurut dia, tekanan terhadap rupiah lebih banyak dipicu oleh faktor eksternal. Salah satunya jels dia, notulensi pertemuan The Fed terakhir yang mengindikasikan bahwa beberapa petinggi The Fed kembali mengemukakan keinginan untuk mengakhiri program pembelian obligasi (QE) secara perlahan sampai akhir tahun ini. Selain itu, rupiah juga dipengaruhi oleh kembali melambatnya pertumbuhan ekonomi China. Hal ini membuat sejumlah negara yang menjadi mitra dagang China merevisi target pertumbuhannya, termasuk Indonesia. “Data ekonomi AS yang terlihat agak negatif khususnya data inflasi juga menjadi faktor penghamat rupiah,” jelas dia.
Lebih lanjut dia menjelaskan, pernyataan Gubernur Bank Sentral Jerman, menjadi sentimen buruk pasar. Dia menyebut rencana bank sentral Eropa (ECB) untuk menurunkan tingkat suku bunganya lebih lanjut jika kondisi ekonomi semakin terpuruk.