JAKARTA – Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa (7/5) diperkirakan kembali menguat karena ketatnya penjagaan Bank Indonesia (BI) yang selalu berada dipasar uang memantau aktifitas rupiah.
“Rupiah diperdagangkan dikisaran 9.735-9.745 per dollar Amerika Serikat (AS),” ujar analis valas PT Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin (6/5).
Menurut dia, tidak ada sentimen yang signifikan yang mempengaruhi pergerakan rupiah. Bahkan publikasi data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal I-2013 dianggap pasar mengecewakan.
Sebab, angkanya hanya tumbuh 6,02 persen atau di bawah perkiraan 6,18 persen.
“Ini negatif bagi rupiah,” jelas dia.
Selain tidak memenuhi ekspektasi, tegas dia, angka PDB tersebut merupakan laju pertumbuhan paling lambat sejak kuartal III-2010.
“Ini mengindikasikan kejatuhan volume impor barang modal, memicu perlambatan pertumbuhan investasi,” ujar dia.
Dia menjelaskan, pergerakan rupiah juga dibayangi sentimen dari eksternal. Salah satunya dari bank sentral India yang menurunkan suku bunga dari 7,50 persen ke 7,25 persen.
Penurunan itu dipersepsikan akan diikuti oleh bank sentral Asia Pasifik lainnya.
“Jadi, sentimen dari mata uang Asia yang menjadi faktor tertahannya rupiah pada level sekarang ini. Yen Jepang sebagai mata uang utama Asia masih dijaga melemah tetapi pergerakan pelemahannya cenderung melambat ketika yen mendekati 100 per dollar AS,” imbuh dia.