Catatan Netizen di Balik Putusan Pengadilan Kasus Pembunuhan Engeline (Bagian I)

Friday 11 Mar 2016, 11 : 54 am
by
  • Hubungan antara Engeline dan AT adalah baik dan AT sayang dengan Engeline sebagai adiknya. Selama bekerja di rumah MM AT tidak pernah membuat Engeline jengkel. ===== Sangat kontradiksi seseorang yang menyayangi Engeline seperti adiknya sendiri,  tidak memberi pertolongan apapun pada saat anak tersebut disiksa di depan matanya , tidak memberikan pertolongan saat korban teriak “sakit mama, cukup mama” tapi diam tidak melakukan apapun sampai dipangil sang majikan dan justru membantu melakukan penguburan jenasah anak itu sesuai permintaan majikannya (kalau kita dipaksa mempercayai cerita versi AT kalau dia hanya membantu menguburkan). Selain itu, sangat aneh bin konyol kalau benar AT menyayangi Engeline seperti adiknya, masih bisa cengengesan di TV saat ditanyakan kapan terakhir melihat Engeline dll, tanpa ada rasa duka dan masih berusaha menutupi kematian Engeline tersebut. Dengan alasan takut? takut kok cengengesan. Dengan alasan tergiur uang? kalau masih tergiur uang  dan memilih bungkam tentang kematian Engeline jangan bilang kalau sayang dengan korban. Aneh khan ibu yang mengatakan sayang kepada anaknya yang di rawatnya mulai umur 3 hari diragukan, pembantu yang baru 2 bulan kerja di percaya menyayangi anak majikan seperti adiknya sendiri, tp menguburkan anak majikannya tersebut dan menutupi kematian bocah cilik itu tanpa merasa bersalah dan masih bisa cengengesan, justru dijadikan pahlawan oleh sebagian publik. Yang mulia majelis hakim, dimanakah hati nurani anda dalam mempertimbangkan fakta ini??  Jangan hanya melihat apa yang ingin anda lihat, mendengar apa yang ingin anda dengar, menyesuaikan kemauan sebagian publik.
  • Tidak adanya kekerasan seksual yang dilakukan Agus ===berarti bukan Agus pelakunya?!! ======Tidak bisa secara definitif dikatakan Agus tidak melakukan pelecehan seksual terhadap Engeline,  karena hal tersebut sudah diakuinya sendiri seperti yang tertuang dalam BAPnya tertanggal 10,13, 14 juni 2015.  Bahwa dalam ilmu kedokteran forensik apabila dalam visum tidak ditulis/dituangkan, berarti pemeriksaan tersebut tidak dilakukan. Bahwa sesuai keterangan dr. Djaja yang mengatakan apabila adanya kecurigaan pelecehan seksual yang korbanya anak kecil, luka atau robekan hanya mungkin terdapat di bibir kecil alat kelamin, hal ini sekaligus mengoreksi keterangan dr. Dudut yang mengatakan tidak adanya pembengkakan vagina. Bahwa dalam hal ejakulasi seorang pelaku yang mengeluarkan sperma di paha, maka hasil swab vagina tidak akan menemukan bekas sperma, harusnya yang di-swab adalah paha korban tersebut. Hal ini sekaligus mengoreksi pemeriksaan dr.Dudut yang melakukan swab pada lubang vagina. Pemeriksaan dengan metode tersebut dilakukan kalau korban yang terindikasi sebagai korban pelecehan seksual tersebut adalah seorang wanita dewasa.
  • Membunuh anak majikan dihadapan majikannya tidak masuk akal ==== Entahlah dari mana majelis hakim berpikiran seperti ini, bukankah sudah dijelaskan oleh MM bahwa yang bersangkutan tidak tahu siapa yang membunuh anaknya dan berkali-kali mengatakan dia terakhir melihat Engeline saat Engeline mengantar pensil ke Agus? Tapi kalau yang mulia majelis hakim mengharapkan jawaban jujur memang benar, AT tidak membunuh anak majikannya di depan si majikan, tetapi di kamarnya sendiri sewaktu anak majikannya (Engeline) menolak disetubuhinya. Bagaimana cara pembunuhan itu bisa dilihat di BAP AT tgl 10, 13  juni 2015  yang sudah di akuinya sendiri dalam persidangan dengan jawaban tegas ‘atas inisiatifnya sendiri’ dan bukan sebuah kebetulan bahwa pengakuannya tersebut sangat bersesuaian dengan hasil visum et repertum yang di lakukan tim kedokteran forensik RS Sanglah. Memang tidak masuk akal AT membunuh anak majikannya di depan sang majikan (ibu anak tersebut) jika mengingat watak sang majikan yang sangat protective. Contohnya mengira anjingnya disakiti AT saja MM langsung ambil parang, apalagi kalau sampai menyaksikan anak yang dibesarkannya semenjak umur 3 hari itu, diperlakukan tidak manusiawi oleh AT. Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan MM pada AT, mungkin ending ceritanya akan lain sekarang , mungkin tidak hanya jenasah Engeline saja yang di temukan tapi bersama-sama jenasah ibunya . Karena tidak mungkin MM yang sudah renta itu sanggup melawan seorang AT yang masih muda.
  • Keterangan saksi M Halki bahwa Engeline pernah pingsan dan dimandikan dijadikan petunjuk bahwa MM dianggap tidak mampu lagi merawat Engeline=== Yang mulia, bukankah tidak pernah dikatakan baik oleh saksi M. Halki dan istrinya bahwa Engeline pernah pingsan, hanya dikatakan Engeline lemas dan dipapah (bukan digotong) oleh pasangan suami istri tersebut sampai didalam rumah, tidak jelas penyebab kenapa Engeline lemas saat itu. Soal dimandikan di sekolah oleh gurunya yang hanya sekali adalah sebuah kelalaian yang sangat insidental (terlambat ke sekolah karena main) yang terkadang bisa terjadi pada anak-anak, sesuai keterangan ahli psikologi forensik Reza Indragiri. Dan kesaksian saksi ibu bekas teman Engeline adalah sebuah kesaksian yang perlu diragukan mengingat saksi tersebut selama itu tidak pernah menceritakan kepada siapapun tentang hal itu  termasuk kepada anggota keluarganya sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Komisi VI DPR Bentuk Tim Pengawas Penanganan Covid-19

JAKARTA-Komisi VI DPR memutuskan untuk membentuk tim pengawas penanganan virus

Generasi Milenial Didorong Kembangkan UMKM Dengan Teknologi Digital

JAKARTA-Teknologi digital membuka banyak peluang dan kesempatan yang dapat dimanfaatkan