GDP Indonesia Dibentuk Modal asing

Friday 28 Jun 2013, 8 : 43 am
by

JAKARTA-Pengamat ekonomi Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia,  Salamuddin Daeng mengatakan Indonesia terancam menjadi negara gagal karena pembangunan perekonomian menghasilkan ketimpangan yang luar biasa besarnya. Indikasinya terlihat dari pertumbuhan kelas menengah yang sangat tinggi, tetapi sisi lain angka kemiskinan tumbuh berlipat ganda.  “Saat ini lebih dari 51 ribu orang terdata memiliki tabungan di bank diatas 5 miliar rupiah, namun lebih dari 110 juta penduduk berpendapatan dibawah 2 dollar AS  PPP,” jelas Daeng di Jakarta, Kamis (27/6).
Menurut dia, kenaikan harga-harga  akibat kenaikan BBM semakin memperparah ketimpangan, yang berpotensi memicu konflik sosial yang luas. Sementara sebagian besar pendapatan klas menengah dialokasikan untuk membeli barang impor sehingga semakin memperlemah proses pemerataan pendapatan secara nasional.
Saat ini kata dia,  Indonesia menghadapi dua masalah tetkait GDP. Dari sudut padang output /pendapatan GDP Indonesia dibentuk oleh segelintir korporasi besar modal asing. PDB Papua misalnya  sebagian besar dikontribusikan oleh Freeport.
Demikian juga dengan PDB Nusa Tenggara Barat yang sebagian besar dikontribusikan oleh Newmont. “Atau PDB Kaltim yang sebagian besar dikontrtibusikan oleh segelintir perusahaan mineral, batubara dan migas,” urai dia.
Struktur PDB semacam ini jelas dia sama sekali tidak mencerminkan kesejahteraan rakyat, sehingga tidak dapat menjadi alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan. Selain itu, PDB seperti ini  tidak dapat digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan nasional.
Sementara itu, lanjut dia dari sudut pandang pengeluaran, PDB Indonesia dibentuk oleh konsumsi yang dibiayai oleh kredit konsumsi bukan pendapatan yang bersumber dari nilai tambah atau produktifitas nasional. Akibatnya PDB mewariskan beban utang.
Secara keseluruhan kata dia utang yang terbentuk dalam ekonomi Indonesia saat ini sedikitnya 6000 triliun rupiah yang terdiri dari utang luar negeri pemerintah dan swasta, utang dalam negeri pemerintah dan swasta, utang publik. Dengan demikian PDB tidak mencerminkan gambaran peningkatan pendapatan masyarakat, namun peningkatan utang masyarakat. “Kedua faktor tersebut menyimpulkan bahwa upaya mendoromg peningkatan PDB dengan struktur PDB yang didominasi korporasi swasta dan asing justru akan meningkatkan kerentanan ekono pada krisis dan konflik sosial,” pungkas dia.

Baca juga :  APTRINDO Usulkan Tarif Angkutan Barang Naik 25%
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari BeritaMoneter.com. Mari bergabung di Channel Telegram "BeritaMoneter.com", caranya klik link https://t.me/beritamoneter, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca juga berita kami di:

gatti

Adalah jurnalis senior yang memiliki spesialisasi dalam membuat analisis ekonomi dan politik.

Komentar


HI THERE!

Eu qui dicat praesent iracundia, fierent partiendo referrentur ne est, ius ea falli dolor copiosae. Usu atqui veniam ea, his oportere facilisis suscipiantur ei. Qui in meliore conceptam, nam esse option eu. Oratio voluptatibus ex vel.

Wawancara

BANNER

Berita Populer

Don't Miss

Jokowi

Presiden: Rumah Besar Hanya Mungkin Terwujud, Jika Kita Mau Bersatu

JAKARTA-Presiden Joko Widodo menegaskan, Indonesia, adalah rumah besar bersama yang
suspensi, BEI, Saham HITS, KJEN

Listing Perdana di BEI, BSML Langsung Sentuh Titik Autorejection Atas

JAKARTA-Saat memulai transaksi perdana pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia