Hasto PDIP: Jokowi Ubah Supremasi Hukum Jadi Supremasi Kekuasaan

Sunday 7 Apr 2024, 11 : 35 pm
by
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto saat diskusi MEMBUKA  KOTAK PANDORA "SIREKAP SAKSI BISU KEJAHATAN PILPRES 2024"

JAKARTA – Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menilai Presiden Joko Widodo merubah supremasi hukum menjadi supremasi kekuasaan.

Ini terlihat dari  pemilihan umum yang seharusnya mencerminkan peningkatan kualitas demokrasi telah direduksi menjadi alat legalitas untuk memperpanjang kekuasaan pemerintah, terutama melalui nepotisme.

Dalam hal ini, Hasto memakai menantu Jokowi, Bobby Nasution sebagai contoh bentuk supremasi hukum yang berubah menjadi supremasi kekuasaan.

Bobby, menurut Hasto, dikabarkan oleh pemberitaan ingin maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumatera Utara.

Tak hanya Bobby, menurut Hasto, beberapa orang dekat dengan keluarga Jokowi direstui keinginannya untuk maju dalam Pilkada serentak yang dijadwalkan digelar pada November 2024.

Hasto menganggap Bobby beserta orang dekat keluarga Jokowi yang ingin maju dalam Pilkada di Sumatera Utara menjadi bagian kotak pandora kecurangan yang sudah terbuka mengenai pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

“Dalam catatan saya tadi ada lima kotak yang sudah dibuka. Pertama, supremasi hukum jadi supremasi kekuasaan. Akibatnya pemilu yang seharusnya cermin peningkatan kualitas peradaban bangsa di dalam demokrasi kini direduksi hanya menjadi legalitas bagi perpanjangan kekuasaan Presiden Jokowi melalui nepotisme,” kata Hasto diskusi “Membuka Kotak Pandora Sirekap Saksi Bisu Kejahatan Pilpres 2024” di kawasan SCBD, Jakarta, Minggu (7/4).

“Dan ini sangat berbahaya, buktinya muncul berita Mas Bobby mau menjadi calon gubernur, Sekretaris Ibu Iriana mau jadi walkot Bogor, akibat dari dampak kotak pandora pertama yang menguntungkan dewa-dewanya, bukan rakyatnya,” ujarnya lagi.

Kotak pandora kedua, menurut Hasto, sikap kenegarawanan hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman telah direduksi menjadi sikap kekeluargaan.

“Jadi, ketika menyangkut karakter satu-satunya boleh dicek di dalam syarat pejabat tinggi negara yang memasukan sikap kenegarawanan itu hanya hakim MK,” katanya.

Menurut Sekretaris Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud ini, reduksi-reduksi tersebut berdampak pada matinya peran MK sebagai penjaga demokrasi.

Padahal, Hasto mengatakan, MK dinilai sebagai benteng terakhir sebagai penjaga demokrasi dan konstitusi.

“Di mana lagi kita kita punya benteng konstitusi, benteng demokrasi ketika oleh Anwar Usman ini dibuka sehingga akhirnya sikap kenegarawanan jadi sikap kekeluargaan ini nyata-nyata bertentangan dengan konstitusi,” ujarnya.

Kotak pandora ketiga, Hasto menyebutkan telah terjadinya ketidaknetralan aparatur negara dalam Pemilu 2024.

Menurut dia, selama penyelenggaraan Pemilu terjadi intimidasi yang dilakukan oleh aparatur negara.

Dia menduga, terbukanya intimidasi itu bukan tidak mungkin karena atas perintah tertinggi yaitu dari Presiden.

“Begitu banyak intimidasi itu terbuka dan tidak mungkin itu tanpa suatu perintah yang tertinggi,” kata Hasto.

“Kami meluruskan bahwa PDI Perjuangan ini loyal bagi bangsa dan negara. Kami cinta merah putih, kami cinta TNI/Polri, tetapi TNI yang dipakai untuk membela kedaulatan negara kita, menjaga kekuatan perdamaian dunia dan Polri yang menjaga supremasi hukum, bukan supremasi keluarga Pak Jokowi,” tandas Hasto.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Daisy Chahyadi: Cewek Manis Pelari Ekstrim

Melihat wajahnya yang cute, orang tidak akan menyangka dia adalah

Ganjar-Mahfud, Inspirasi Dan Harapan Generasi Millenial/Generasi Z

Oleh: Gabriel Mahal Dalam diskusi dengan beberapa anak muda/generasi millenial