Kata Ulama: Bagi Umat Islam, Haram Hukumnya Pilih Capres Pelanggar HAM

Rabu 10 Jan 2024, 11 : 59 pm
Lembaga Peradaban Luhur (LPL) dan Forum Bahtsul Masail Kebangsaan (FBMK) menyelenggarakan Diskusi atau Bahtsul Masail "Apa Hukumnya Memilih Pemimpin Yang Merupakan Pelaku Pelanggaran HAM?” di Kopi Dari Hati, Grand Panglima Polim, Jakarta Selatan, Rabu (10/01/2024)

Mengutip kisah Imam Ghozali, Prof Yayan mengungkapkan kalau ada 4 syarat untuk menjadi pemimpin atau calon presiden, yakni berwibawa, kifayah (sikap hidup yang baik), menguasai ilmu, dan sikap hidup yang apik.

Prof Yayan menuturkan, orang yang melanggar HAM karena dipengaruhi faktor internal dan eksternal.

“Internal itu egois, pasti tingkat kesadarannya rendah. Kondisi psikologisnya labil. Tinggi prilaku intoleransi. Merasa paling hebat, paling kaya, ingin punya rasa balas dendam,” ungkapnya.

Sementara untuk faktor eksternal, selalu melakukan abuse of power (tindakan penyalahgunaan wewenang).

“Sistem hukumnya tidak berjalan baik, sehingga abuse of power jadi tempat persembunyian. Selain itu struktur sosialnya juga mendukung. Ditambah penyalahgunaan teknologi,” ucapnya.

Terkait pelanggaran HAM, Prof Yayan menegaskan kalau pelanggaran HAM dibedakan dengan tindakan kriminal.

“HAM itu dilakukan oleh negara atau kekuasaan. Pelanggar HAM itu misalnya, disengaja mencabut hak asasi seseorang. Kualifikasinya ada yang ringan atau menengah. Menghilangkan nyawa menggunakan instrumen negara itu kan pelanggaran HAM berat. Semua penculikan yang dilakukan aparat, polisi dan penculikan aktivis juga pelanggaran HAM berat,” paparnya.

Karena itu, Prof Yayan berpesan bahwa memilih calon presiden merupakan kewajiban bagi setiap muslim Indonesia.

Termasuk juga tidak memilih capres yang melanggar HAM.

“Silakan aja jadi capres. Bagi umat Islam itu haram hukumnya memilih capres pelanggar HAM,” tegasnya.

Prof Yayan juga menegaskan bahwa pelanggaran HAM sebagai sebuah kejahatan.

“Kejahatan itu harus dicegah. Mencegah pemimpin yang potensi pelanggar HAM, otoriter, haram untuk dipilih,” tandasnya.

KH Abdullah Albarkah dari Forum Bahtsul Masail Kebangsaan (FBMK) menambahkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.

Indonesia terdiri dari banyak suku dan agama yang berbeda-beda.

Segala perbedaan yang terjadi harus dijaga dan dipelihara.

“Dengan melestarikan kemajemukan, negeri ini akan menjadi indah dan elok. Untuk menjaga kemajemukan sangat memerlukan seorang pemimpin yang bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik lagi,” terangnya.

Komentar

Your email address will not be published.

Don't Miss

Indonesia Raih Penghargaan Global Inclusion Awards 2017 di Berlin

BERLIN-Indonesia terpilih sebagai pemenang penghargaan Global Inclusion Award 2017 untuk

Bisnis Penerbangan Belum Terpengaruh Cuaca Buruk

JAKARTA-Sektor penerbangan belum terpengaruh dengan kondisi cuaca buruk ekstrem seperti