Menurutnya, pengembangan benih Gemitir untuk warna baru dilaksanakan selama tiga tahun dan menghasilkan varietas warna merah hingga putih.
“Setelah ini jadi, ini kebahagiaan luar biasa. Pertama varietas bertambah, oranye, emas, merah, dan putih,” ujar Koster.
Dia mengatakan benih Gemitir warna baru ini menjadi varietas asli Bali dan bisa menjadi tanaman unggulan dari provinsi di Pulau Dewata.
Menurut Koster, pengembangan varietas baru bisa menguntungkan dari sisi ekonomi apabila melihat konsumsi bunga Gemitir cukup tinggi, terutama saat hari raya keagamaan Hindu seperti Galungan dan Kuningan.
Menurutnya, hasil penelitian benih Gemitir jenis baru ini bisa menekan angka impor bibit tanaman yang sama dari Thailand.
Dia kemudian membeberkan angka pengembangan benih Gemitir hanya Rp 3 Miliar, sedangkan impor tanaman yang sama menghabiskan biaya Rp 30 Miliar per tahun.
“Omzet Gemitir di Bali 200 M. Kalau Galungan dan Kuningan harga perkilo Rp 40 ribu sampai Rp 60 ribu. Kalau normal Rp 10 ribu. Artinya kita sudah bersiap-siap. Saya akan menghentikan impor benih dari Thailand. Ini pelajaran pertama dan kita akan memproduksi sendiri. Kalau bisa dari hulu sampai hilir. Ternyata Gemitir bisa buat teh, buat kue, bisa buat perawatan wajah. Jadi, bisa buat makanan, bahkan untuk lalapan. Saya coba bersama kepala dinas, saya makan benaran, biasa saja. Bagus juga buat lalapan, katanya bagus buat mata dan muka,” katanya.