Tidak dapat dipungkiri, pemerintah era Jokowi sangat menyambut positif proyek Belt and Road Initiative karena mendukung agenda strategis Indonesia yang berfokus pada pembangunan infrastruktur.
Menurut laporan AidData tahun 2021, Indonesia menjadi salah satu negara penerima dana terbesar dari Tiongkok melalui skema BRI.
Kendati demikian, pengamat dan para ahli Indonesia mengkritik tajam inisiasi dari Tiongkok tersebut karena masih menggelontorkan dana secara besar-besaran untuk proyek yang tidak ramah lingkungan.
Muhammad Zulfikar Rakhmat, Direktur Studi China-Indonesia, CELIOS, menyoroti investasi China di sektor energi terbarukan masih jauh lebih sedikit dibandingkan di sektor energi kotor.
“Ironisnya, bahkan sebanyak 86% pendanaan Tiongkok masih disalurkan untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga batu bara melalui China Development Bank (CDB) dan China Export-Import Bank (CHEXIM). Padahal, pidato Xi Jinping pada 2021 lalu telah secara tegas berkomitmen untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik bertenaga batu bara. Realitanya, dalam konteks Indonesia, janji tersebut ternyata masih menjadi komitmen hampa, mengingat belum ada tindakan serius atas isu ini dari dua belah pihak, baik Tiongkok maupun pemerintah Indonesia.” tegas Fikar.